11.06.2013 Views

indonesia1210inWeb

indonesia1210inWeb

indonesia1210inWeb

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

menjunjung moralitas publik. Mereka juga berargumen bahwa penerapan hukum-hukum<br />

tersebut berkontribusi pada keamanan publik dengan mengurangi tingkat kekerasan main<br />

hakim sendiri yang terjadi di masyarakat, yang diakui sebagai masalah oleh setiap<br />

pengamat yang berbicara dengan Human Rights Watch. Akan tetapi, pihak berwenang lain<br />

mengatakan kepada Human Rights Watch bahwa mereka percaya hukum-hukum tersebut<br />

mungkin memperburuk, bukannya memberantas, masalah kekerasan main hakim sendiri di<br />

Aceh. Salah satu orang di antaranya mengatakan bahwa pelanggaran-pelanggaran yang<br />

dilakukan oleh WH menunjukkan bahwa WH harus dikerahkan untuk tujuan-tujuan lain,<br />

selain melaksanakan hukum yang berasal dari Syariah.<br />

Metodologi<br />

Laporan ini berdasarkan pada penelitian Human Rights Watch di Banda Aceh, Bireuen,<br />

Lhokseumawe, Langsa dan Meulaboh, Aceh, dan Jakarta pada bulan April dan Mei 2010 dan<br />

penelitian lanjutan melalui korespondensi dan telepon selama bulan September. Human<br />

Rights Watch melakukan wawancara mendalam dengan lebih dari 80 orang, termasuk 11<br />

perempuan dan seorang perempuan transjender yang mengalami pelanggaran-pelanggaran<br />

dalam penerapan Syariah, dan lima (5) perempuan, tiga (3) laki-laki dan seorang perempuan<br />

transjender yang menyaksikan pelanggaran-pelanggaran tersebut. Kami berbicara dengan<br />

tiga (3) laki-laki yang berpartisipasi dalam satu atau lebih kejadian dimana anggota<br />

masyarakat menangkap orang-orang yang dicurigai melakukan “perbuatan bersunyisunyian,”<br />

lima (5) saksi kejadian serupa, dan empat (4) perempuan korban kejadian serupa.<br />

Human Rights Watch juga berbicara dengan lima (5) perwakilan organisasi internasional yang<br />

bekerja di Banda Aceh, Aceh, di Jakarta, 32 aktivis masyarakat sipil setempat, dan 33 orang<br />

lainnya, termasuk 29 perempuan dan empat (4) perempuan transjender, tentang pendapat<br />

mereka terkait penerapan hukum Syariah di Aceh. Kami menyebarkan kuisioner rinci melalui<br />

email dan dengan bantuan para aktivis masyarakat sipil di Aceh tentang pendapat dan<br />

pengalaman pribadi terkait penerapan hukum Syariah dan menerima 48 respon.<br />

Human Rights Watch mengadakan wawancara dengan empat (4) petugas polisi di Banda Aceh<br />

dan Meulaboh dan dua (2) petugas Dinas Syariat Islam di tingkat provinsi. Kami juga berbicara<br />

dengan Wakil Gubernur Aceh, juru bicara DPR Aceh, dan dua (2) ulama di IAIN Al-Raniry.<br />

Seluruh wawancara dilakukan dalam bahasa Inggris atau Indonesia dengan bantuan<br />

seorang penerjemah. Para korban dan saksi mata diidentifikasi melalui laporan media dan<br />

dengan bantuan NGO dan perwakilan masyarakat sipil. Nama dan dalam beberapa kasus<br />

informasi terkait orang-orang yang kami temui dirahasiakan untuk melindungi keselamatan<br />

Menegakkan Moralitas 10

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!