11.06.2013 Views

indonesia1210inWeb

indonesia1210inWeb

indonesia1210inWeb

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

pelatihan tentang bagaimana menahan dan berinteraksi dengan orang. Ia mengatakan bahwa<br />

perekrutannya terdiri dari tes fisik, tes urin, dan penilaian atas kemampuannya membaca teks<br />

Islami tertentu dan pemahamannya atas hukum Islam (fiqh). 51<br />

Semua petugas WH memiliki wewenang untuk “menegur dan menasihati, memperingatkan,<br />

dan memberikan bimbingan moral” kepada orang-orang yang mereka curigai melanggar<br />

hukum Syariah di Aceh, memberitahu pihak berwenang yang sesuai tentang kemungkinan<br />

adanya pelanggaran hukum Syariah, dan memfasilitasi penyelesaian pelanggaran Syariah<br />

melalui tata cara atau hukum adat. Petugas WH yang telah diangkat sebagai Penyidik<br />

Pegawai Negeri Sipil (PPNS) memiliki wewenang tambahan, yaitu menangkap dan menahan<br />

orang-orang yang dituduh melakukan pelanggaran Syariah tertentu, termasuk “perbuatan<br />

bersunyi-sunyian,” hingga 24 jam dan mengadakan penyelidikan seperti layaknya polisi<br />

atas dugaan pelanggaran Syariah, termasuk mendapatkan testimoni dari saksi mata dan<br />

memerintahkan pemeriksaan medis. Pada bulan Januari 2010, Kepala Dinas Syariat Islam,<br />

yang mengawasi hukum Islam di Aceh dan penyusunan qanun Syariah, mengatakan bahwa<br />

sebelum April 2009, setidaknya 50 anggota WH telah diangkat sebagai PNPS dan menerima<br />

pelatihan tambahan dari Kementerian Dalam Negeri. 52<br />

UU PA, qanun-qanun Aceh, dan peraturan daerah yang membentuk WH menjelaskan<br />

wewenang WH secara berbeda satu dengan yang lain. Keputusan Gubernur No. 1/2004,<br />

yang secara resmi membentuk WH, mengatur peran WH sebagai sumber panduan dan<br />

nasihat spiritual bagi masyarakat Aceh. 53 Qanun No. 11/2002, yang mengatur tentang<br />

persyaratan busana Islami, memberikan wewenang kepada WH untuk “menegur dan<br />

menasihati” para pelanggar dimana ada “alasan yang masuk akal” untuk mencurigai bahwa<br />

mereka telah melanggar hukum. 54 Perda ini tidak memberikan petugas WH wewenang untuk<br />

menangkap tersangka, melainkan menyerahkan mereka kepada Kepolisian Daerah (Polda)<br />

atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PNPS) jika perilaku mereka tidak berubah. 55 Qanun No.<br />

14/2003 tentang “perbuatan bersunyi-sunyian” secara jelas menyatakan bahwa aparat<br />

51<br />

Ibid.<br />

52<br />

“Kasus Oknum WH Tamparan Bagi Penegak Hukum,” Serambi Indonesia, 21 Januari 2010. Para petugas menerima<br />

rekomendasi dari WH dan Pemerintah Aceh dan menerima pelatihan dari Kementerian Dalam Negeri di Jakarta. Lihat juga<br />

Qanun PNPS Dibahas, 24 November 2009.<br />

53<br />

Meliputi memberitahu publik tentang qanun yang terkait dengan hukum Syariah; mengawasi kepatuhan atas hukum<br />

Syariah; menegur, memperingatkan dan memberikan bimbingan moral kepada mereka yang disangka melanggar hukum<br />

Syariah; berusaha menghentikan tindakan/perilaku yang dicurigai melanggar hukum Syariah; menangani pelanggaranpelanggaran<br />

melalui proses adat; dan menyerahkan pelanggaran hukum Syariah kepada penyelidik pidana. UNDP Indonesia,<br />

“Access to Justice in Aceh [Akses terhadap Keadilan di Aceh],” hlm. 48-50.<br />

54<br />

Qanun No. 11/2002 tentang Pelaksanaan Syariat Islam Bidang Aqidah, Ibadah dan Syiar Islam, Pasal 1(11).<br />

55 Ibid., Pasal 14.<br />

23 Human Rights Watch | Desember 2010

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!