indonesia1210inWeb
indonesia1210inWeb
indonesia1210inWeb
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
dan di sisi lain, disebabkan oleh desakan pihak berwenang desa kepada para penduduk<br />
untuk tidak melakukan penyelesaian di luar struktur desa. 144<br />
Budiyono juga memberitahu Human Rights Watch bahwa kantornya telah berusaha<br />
meyakinkan masyarakat untuk tidak melakukan main hakim sendiri. 145 Sementara upaya<br />
kepolisian Aceh belum berhasil, ia berharap bahwa inisiatif terbaru, yaitu Pemolisian<br />
Masyarakat (Polmas), yang diterapkan oleh kepolisian Aceh sebagai bagian dari program<br />
nasional yang diterapkan oleh Kepolisian bersama dengan International Organisation for<br />
Migration (IOM), akan memperbaiki situasi. 146<br />
Program Polmas bertujuan untuk “membangun kepercayaan masyarakat kepada<br />
[Kepolisian],” dengan cara memberdayakan anggota masyarakat untuk “secara aktif<br />
menemukan, mengidentifikasi, menganalisis dan mencari penyelesaian masalah-masalah<br />
yang mengganggu keamanan, ketertiban dan masalah-masalah sosial lainnya.” 147 Budiyono<br />
mengatakan kepada Human Rights Watch bahwa berdasarkan program Polmas di Aceh,<br />
polisi meminta semua dewan kampung (tuhapeut) untuk menunjuk setidaknya satu Petugas<br />
Polmas, yang bertanggung jawab memastikan bahwa dewan kampung menyelesaikan<br />
dugaan-dugaan “perbuatan bersunyi-sunyian” melalui mekanisme adat, tanpa<br />
menggunakan kekerasan. Menurut Budiyono, petugas Polmas juga ditugasi meyakinkan<br />
pihak berwenang desa untuk menghubungi polisi jika penegakan larangan “perbuatan<br />
bersunyi-sunyian” oleh masyarakat di luar kendali.<br />
Gaut Pengasihan, Project Officer Program Reformasi Kepolisian Indonesian IOM di Aceh,<br />
membenarkan bahwa petugas Polmas 148 bekerja dengan anggota dewan kampung untuk<br />
144<br />
UNDP Indonesia, “Access to Justice in Aceh [Akses terhadap Keadilan di Aceh],” hlm. 79. Studi ini mencatat bahwa tekanan<br />
tersebut berasal dari kepercayaan yang diajukan oleh para pemimpin desa, yakni bahwa keselarasan sosial harus dijaga dengan<br />
bayaran apapun dan bahwa merujuk permasalahan tersebut untuk diselesaikan di luar struktur desa akan meningkatkan<br />
perselisihan dan rasa malu para pemimpin adat dan masyarakat. Studi ini menyimpulkan bahwa ”kurangnya kepercayaan<br />
[terhadap sistem hukum formal] telah, selama bertahun-tahun, membentuk sikap pasrah…sehingga, daripada bersusah payah<br />
berusaha mengakses keadilan dengan hasil yang sia-sia, orang lebih memilih untuk ’pasrah pada nasibnya.’”<br />
145<br />
Wawancara Human Rights Watch dengan Budiyono, Kepala Pengembangan Hukum Polda Aceh, Banda Aceh, 24 Mei 2010.<br />
146<br />
Program Polmas di Aceh adalah salah satu iniatif Polmas di tingkat nasional yang termasuk dalam peraturan Kepolisian<br />
Republik Indonesia (Polri), Perkap No. 7/2008 tentang Panduan Dasar Strategi dan Penerapan Pemolisian Masyarakat dalam<br />
Melaksanakan Tugas-tugas Kepolisian. IOM mendampingi dalam penyusunan peraturan tersebut dan dalam beberapa inisiatif<br />
pelatihan terkait dengan program tersebut.<br />
147<br />
Ibid., Pasal 7-8.<br />
148 Setiap kepala Polres di Aceh, seperti juga di daerah lain di Indonesia, biasanya menunjuk seorang petugas Pemolisian<br />
Masyarakat (Polmas) di setiap desa. Kepolisian Indonesia telah lama memiliki kebijakan penunjukan seorang anggota polisi<br />
di setiap desa, tetapi sejak penerapan program Polmas, nama jabatan petugas tersebut telah berubah dari Badan Pembinaan<br />
Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) menjadi Petugas Pemolisian Masyarakat (Polmas). IOM tidak<br />
berperan dalam proses pemilihannya. Korespondensi Human Rights Watch melalui email dengan Gaut Pengasihan, 9 dan 13<br />
September 2010.<br />
Menegakkan Moralitas 58