11.06.2013 Views

indonesia1210inWeb

indonesia1210inWeb

indonesia1210inWeb

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Nita dan Azhar 73<br />

Nita, 19, mahasiswa di sebuah universitas, menceritakan kejadian pada bulan Januari 2009<br />

ketika petugas WH menahan dia setelah menemukan dia dan pacarnya di sebuah jalan sepi<br />

pada siang hari. Nita memberitahu Human Rights Watch bahwa dia dan Azhar akan<br />

menjemput adik perempuan Nita dari sekolah dengan menggunakan motor Nita dan<br />

mengambil jalan, melalui perkebunan kelapa, yang dipikir merupakan jalan pintas. Nita<br />

memberitahu Human Rights Watch:<br />

Kami berada di perempatan dan kami berhenti sehingga Azhar dapat melihat<br />

jalan yang akan kami ambil. Dua orang menghampiri—mereka WH. Mereka<br />

mengambil kunci motor saya dan bertanya apakah kami telah melakukan<br />

“perbuatan bersunyi-sunyian.” Saya bilang tidak. Petugas WH bilang mereka<br />

ingin menanyai kami. Saya minta petugas WH tersebut memberikan<br />

permintaan tertulis. Dia hanya mengatakan bahwa saya harus datang ke<br />

kantor mereka pada pukul 1 siang…<br />

[Tak lama setelah tiba,] laki-laki saudara tiri saya datang ke kantor WH dan<br />

meminta bukti kepada WH bahwa saya telah melakukan sesuatu. Kepala<br />

kantor WH mengatakan kepadanya bahwa dia tidak akan membebaskan saya<br />

kecuali orangtua saya datang. Kemudian WH menginterogasi saya secara<br />

kasar. Mereka berteriak, “Apa yang kamu lakukan?” berulang-ulang kali dan<br />

memukul dinding dan meja. Ada sekitar 40 orang di kantor WH. Sekitar 15 di<br />

antaranya menginterogasi saya. Salah satu petugas WH, Fedi, menanyakan<br />

pertanyaan-pertanyaan yang sugestif, seperti ‘apa kamu punya pacar?’ Ada<br />

seorang petugas perempuan yang menginterogasi saya menuduh saya<br />

melakukan hubungan seksual dengan saudara laki-laki saya.… Ibu tiri saya<br />

datang pada pukul 3 siang untuk menjemput saya tetapi mereka tidak<br />

melepaskan saya karena saya tidak memiliki hubungan langsung<br />

dengannya.… Saya merasa seakan saya diperlakukan seperti seorang teroris—<br />

seperti saya meledakkan rumah presiden. WH membawa masuk satu<br />

pasangan lain tak lama kemudian, dan mereka membuat perempuan tersebut<br />

membayar Rp 2 juta dan lelaki tersebut Rp 1 juta untuk dapat keluar.<br />

Sekitar pukul 10.30 malam, mereka memindahkan saya ke sebuah ruangan<br />

kecil di sebelah kamar mandi, jauh dari ruangan utama. Ruangan itu kecil,<br />

73 Wawancara Human Rights Watch dengan “Nita,” Langsa, Aceh, 11 Mei 2010.<br />

33 Human Rights Watch | Desember 2010

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!