Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
SANG PUTRA DAN SANG BULAN<br />
serdadu‐serdadu Romawi yang tidak mengenal batas. Penderitaan<br />
<strong>dan</strong> sengsaraNya jauh lebih parah. Pada saat pelaksanaan dera dengan<br />
cemeti itu berakhir, Yesus pasti telah kehilangan banyak darah.<br />
▪ Mahkota duri telah dipa<strong>sang</strong>kan di kepalaNya. Menurut analisis<br />
seorang dokter, “Adegan pema<strong>sang</strong>an mahkota duri itu dimaksudkan<br />
agar menimbulkan sentakan‐sentakan syaraf yang nyeri, dengan<br />
demikian <strong>sang</strong> korban dapat berada dalam keadaan yang <strong>sang</strong>at resah<br />
<strong>dan</strong> gawat sebelum menjalani penggantungan di kayu salib itu”<br />
(skeptics, 120).<br />
▪ Para serdadu juga menghujamkan pukulan kepadaNya. WajahNya<br />
dapat saja babak belur atau terluka pecah, mungkin pula sejumlah<br />
gigiNya rontok. Kemudian Dia diperintahkan untuk memikul kayu<br />
salib yang berat itu, seberat kurang lebih empat puluh lima kilogram,<br />
sampai mencapai puncak tempat tiang salib penggantungan itu.<br />
▪ Setibanya di Golgota, mereka mengoyakkan pakaianNya, mencabut<br />
mahkota duri itu dari kepalaNya, sementara darah mengucur dari<br />
punggungnya membasahi balok kayu salib, yang mereka lintangkan<br />
untuk memaku kedua belah tangan <strong>dan</strong> kaki‐Nya. Paku tajam yang<br />
bentuk batangnya bersegi empat dengan panjang tujuh inci,<br />
ditancapkan melalui kedua belah kakiNya yang dirapatkan secara<br />
berdampingan sehingga tidak dapat berkutik sedikit pun. Seseorang<br />
yang dipaku pada kayu salib dengan cara demikian tidaklah mungkin<br />
dapat bernafas, kalau dirinya tidak berupaya untuk mengangkat<br />
tubuhnya pada setiap kali ia menarik nafas. Setiap kali ia berusaha<br />
untuk mengangkat tubuhnya, ia akan merintih kesakitan. Luka‐<br />
lukanya <strong>sang</strong>at nyeri, pada bagian‐bagian tubuh tertentu mengalami<br />
kematian bertahap. Akhirnya, setelah mengalami satu hari<br />
penderitaan yang terasa bagai 1.000 tahun lamanya, orang itu akan<br />
mati lemas tiada berdaya, karena ia tidak mampu lagi mengangkat<br />
ba<strong>dan</strong>nya untuk menarik nafas. Kematian merupakan suatu proses<br />
yang berjalan lamban tapi pasti <strong>dan</strong> <strong>sang</strong>at menyengsarakan. tidak<br />
pernah ada seorang manusia pun dapat bertahan hidup di tiang<br />
gantungan (kayu salib). Menyebutkan perkataan kayu salib saja<br />
bangsa Romawi <strong>sang</strong>at takut.<br />
▪ Para serdadu Romawi itu ingin beroleh kepastian apakah Yesus benar<br />
sudah mati atau belum, dengan cara menikam lambungNya dengan<br />
tombak. Mata tombak itu cukup tajam <strong>dan</strong> ukurannya sebesar tinju<br />
manusia.<br />
▪ Kemudian, (Markus 15:44‐45) tatkala kepala pasukan yang bertugas<br />
di sana ditanyai apakah Yesus sudah mati, penghulu laskar itu pun<br />
membenarkannya. Yohanes se<strong>dan</strong>g menyaksikan adegan ketika para<br />
serdadu itu menikam sisi lambung Yesus dengan tombak (Yohanes<br />
19:34‐35). Ia melaporkan, “… maka segera mengalir keluar darah <strong>dan</strong><br />
air”. Rasul Yohanes <strong>sang</strong>at terkesima melihat hal ini <strong>dan</strong> nampaknya<br />
dia seolah menyaksikan sebuah tanda ajaib. Padahal, apa yang ia<br />
saksikan sebenarnya adalah: “Segumpal darah merah pekat yang<br />
mengalir keluar, yang sama sekali terpisah jelas dari air tubuh yang<br />
menyertainya bersamaan. Ini membuktikan telah terjadi pembekuan<br />
darah di dalam urat nadi utama, <strong>dan</strong> ini menjadi bukti gamblang<br />
80