22.11.2014 Views

Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta

Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta

Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

FIGUR BUDDHIS<br />

Di antara semua cahaya, cahaya<br />

kebijaksanaan adalah yang terunggul.<br />

Ini adalah kegemilangan duniawi,<br />

belum pantas disebut sebagai yang<br />

terunggul.<br />

Di antara semua kegemilangan,<br />

kegemilangan batin adalah yang<br />

terunggul.”<br />

Bodhitara lalu melanjutkan,<br />

“Kegemilangan cahaya mutiara<br />

tidak bisa memancarkan cahayanya<br />

sendiri, ia harus mengandalkan cahaya<br />

kebijaksanaan. Setelah mengenalinya<br />

melalui cahaya kebijaksanaan baru<br />

dapat mengetahui ini sebagai mutiara.<br />

Setelah tahu sebagai mutiara, baru<br />

bisa menganggapnya sebagai mustika.<br />

Memahaminya sebagai mustika, namun<br />

mustika itu sendiri tidak merasakan<br />

sebagai mustika. Mengetahuinya sebagai<br />

mutiara, namun mutiara itu sendiri tidak<br />

merasakan sebagai mutiara. Mutiara yang<br />

tidak menyadari diri sebagai mutiara, harus<br />

mengandalkan mutiara kebijaksanaan<br />

untuk mengenalinya sebagai mutiara<br />

duniawi. Mustika yang tidak menyadari<br />

diri sebagai mustika, harus mengandalkan<br />

mustika kebijaksanaan untuk memahami<br />

mustika Dharma.<br />

Karena guru memiliki pencapaian<br />

Dharma, maka mustika itu pun muncul.<br />

Para makhluk hidup yang memiliki batin<br />

jalan spiritual, demikian juga mustika<br />

batinnya.”<br />

Jawaban dari Bodhitara seketika itu<br />

juga langsung dipuji oleh Prajnatara.<br />

Prajnatara merasa telah menemukan<br />

orang yang sedang dicarinya. Prajnatara<br />

lalu berkata, “Pangeran memahami<br />

pandangan tentang mutiara, tentu juga<br />

dapat memahami pandangan tentang<br />

perwujudan.”<br />

Untuk menguji lebih jauh kemampuan<br />

Bodhitara, Prajnatara lalu melanjutkan,<br />

“Di antara semua hal, apakah yang<br />

merupakan ketanpa-wujudan?” Bodhitara<br />

segera menyahut, “Ketanpa-wujudan<br />

tidak muncul di antara semua benda.”<br />

“Di antara semua hal, apakah yang<br />

tertinggi?” “Di antara semua hal, manusia<br />

adalah yang tertinggi.”<br />

“Di antara semua hal, apakah yang<br />

teragung?” “Di antara semua hal, hakikat<br />

Dharma adalah yang teragung.”<br />

Meski tanya jawab itu berlangsung<br />

singkat, tetapi Prajnatara memastikan<br />

telah menemukan apa yang dicari selama<br />

ini, sebutir mutiara yang sejati. Namun<br />

berhubung belum matangnya kondisi<br />

karma saat itu, momen yang sangat<br />

menentukan dari hubungan guru dan murid<br />

ini dibiarkannya mengalir begitu saja.<br />

Pewaris Mata Dharma Sejati<br />

Waktu terus berlalu. Tidak lama<br />

kemudian seantero kerajaan dikejutkan<br />

dengan berita kemangkatan raja. Sudah<br />

menjadi rahasia umum bahwa kemangkatan<br />

raja yang tiba-tiba biasanya akan diikuti<br />

dengan hembusan desas-desus tentang<br />

siapa yang berhak menjadi penerus tahta.<br />

Desas-desus ini mungkin sangat menarik<br />

bagi setiap warga kerajaan, tetapi tidak<br />

bagi Bodhitara. Kemangkatan raja justru<br />

semakin menyadarkan dirinya tentang<br />

hukum ketidakkekalan. Persaingan dalam<br />

berebut tahta menjadi hal yang terasa<br />

hambar dan ilusif. Bodhitara memilih<br />

untuk menyendiri dan larut dalam<br />

keheningan meditasi. Kesadaran meditatif<br />

terus berlangsung hingga tujuh hari.<br />

Bangkit dari tempat duduknya, Bodhitara<br />

melangkah dengan mantap menuju tahta<br />

yang lain. Ya, Bodhitara melangkah ke<br />

kehidupan tanpa rumah, mencari tahta<br />

sejati yang bersemayam di dalam batin,<br />

yaitu kesadaran sempurna tanpa noda<br />

– kebahagiaan Nirvana. Ia lalu memasuki<br />

pesamuan Sangha menjadi bhiksu.<br />

Setelah ditahbiskan, YA. Prajnatara<br />

berkata, “Engkau telah menembus<br />

pemahaman Dharma secara intuitif.<br />

Dharma berarti penembusan luhur,<br />

sekarang engkau bernama Dharma.”<br />

Demikianlah Bodhitara dari seorang<br />

pangeran yang menikmati kelimpahan<br />

harta dan tahta, kini menjadi seorang<br />

bhiksu yang bersahaja, yang puas dengan<br />

segala bentuk kesederhaan namun bahagia<br />

secara spiritual. Kini ia adalah seorang<br />

praktisi sejati dengan identitas baru,<br />

Bodhidharma - ia yang telah menembus<br />

pemahaman pencerahan.<br />

YA. Prajnatara adalah guru pewaris<br />

ke-27 metode pencerahan langsung. Kini<br />

tiba saatnya mewariskan garis silsilah<br />

ini kepada Bodhidharma: “Tathagata<br />

mewariskan Mata Dharma Sejati ini kepada<br />

YA Maha Kasyapa, demikian silsilah ini terus<br />

diwariskan turun temurun hingga aku. Kini<br />

100<br />

100 / SINAR DHARMA<br />

SINAR DHARMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!