Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
FIGUR BUDDHIS<br />
Tiongkok. Beliau pun berziarah ke stupa gurunya,<br />
setelah itu berpamitan dengan kerabat dan raja.<br />
Bodhidharma memberi nasihat, “Berbuatlah<br />
kebajikan dengan sungguh-sungguh, dan sokonglah<br />
Triratna. Kepergianku kali ini tidak terlalu lama,<br />
aku akan kembali setelah 9 tahun.” Raja merasa<br />
sangat sedih, sambil menitikkan air mata ia berkata,<br />
“Seburuk apakah negeri ini, dan apa bagusnya<br />
negeri seberang? Namun bila guru memiliki jodoh<br />
karma dengan negerti tersebut, maka saya juga<br />
tidak dapat menghalanginya. Mohon jangan<br />
melupakan tanah air sendiri, setelah tugas selesai<br />
semoga dapat segera pulang kembali.” Raja lalu<br />
menyiapkan semua keperluan, bersama dengan para<br />
menteri, mereka mengantar Bodhidharma menuju<br />
tempat pemberangkatan. Dari sinilah Bodhidharma<br />
mengambil keputusan yang sangat menentukan karir<br />
barunya, menebarkan Dharma di negeri timur jauh,<br />
Tiongkok.<br />
Berlayar ke Tiongkok<br />
Tahun kedatangan Bodhidharma tidaklah diketahui<br />
dengan pasti. Ada beberapa versi yang berbeda.<br />
Periode yang mendekati adalah sekitar tahun<br />
527. Dengan menempuh jalur laut, Bodhidharma<br />
mendarat di wilayah Nanyue (sekarang Guangzhou)<br />
dan disambut oleh pejabat setempat, Xiao’ang.<br />
Xiao’ang melaporkan kedatangan Bodhidharma<br />
kepada Kaisar Wudi (464-549). Di era yang disebut<br />
Dinasti Utara Selatan ini, Kaisar Wudi dari Dinasti<br />
Liang (dinasti di wilayah selatan) dikenal sebagai<br />
penganut agama Buddha yang taat dan gencar<br />
mempromosikan agama Buddha. Sebelumnya Kaisar<br />
Wudi (Liang Wudi) adalah seorang terpelajar yang<br />
sangat menguasai ajaran Konfusius. Selama menjadi<br />
kaisar, karena banyaknya tekanan permasalahan<br />
negara membuatnya menjadi penganut agama<br />
Buddha. Liang Wudi menjauhi kehidupan seksual<br />
dan menghindari makan daging, bahkan empat kali<br />
melepas tahta untuk menjadi bhiksu, tetapi selalu<br />
dimohon kembali ke istana oleh para menteri.<br />
Rasa antusiasnya terhadap Buddha Dharma sangat<br />
besar, sehingga bila ada kabar tentang bhiksu dari<br />
India, dengan senang hati akan menyambutnya.<br />
Pertemuan Liang Wudi dengan Bodhidharma adalah<br />
sebuah kisah yang sangat terkenal.<br />
Setibanya di ibukota, Jianye (sekarang Nanjing),<br />
Liang Wudi yang sudah tidak sabar untuk bertukar<br />
pikiran tentang ajaran Buddha segera menyambut<br />
Bodhidharma. Liang Wudi membuka dialog<br />
dengan bertanya, “Ajaran apa yang akan guru<br />
bawakan untuk membimbing para makhluk hidup?”<br />
Bodhidharma menjawab, “Tidak ada satu kata pun<br />
yang diajarkan.”<br />
Bagi Liang Wudi, mungkin ini satu jawaban<br />
yang terdengar tidak lumrah. Kondisi Buddhisme<br />
pada masa itu lebih menitikberatkan pada agama<br />
Buddha yang konseptual, kata-kata Bodhidharma ini<br />
seperti menegaskan hal itu. Liang Wudi kemudian<br />
melanjutkan, “Semenjak naik tahta, aku telah<br />
banyak membangun vihara, menyalin kitab suci dan<br />
mengesahkan orang memasuki pesamuan Sangha.<br />
Pahala apa yang akan aku dapatkan?”<br />
Bodhidharma: “Tidak ada pahala”<br />
Liang Wudi: “Mengapa tidak ada pahala?”<br />
Bodhidharma: “[Perbuatan] ini hanya<br />
menghasilkan buah karma kelahiran di alam dewa<br />
dan manusia, yang mana masih memiliki benih<br />
kebocoran (asrava), bagaikan bayangan yang<br />
mengikuti wujud, meskipun tampak ada tetapi<br />
tidaklah nyata.”<br />
Liang Wudi: “Lalu bagaimana baru disebut<br />
pahala sejati?”<br />
Bodhidharma: “Kebijaksanaan suci adalah<br />
sempurna menakjubkan, entitasnya sendiri<br />
bersifat sunyata, tidak bisa mendapatkannya.<br />
Pahala demikian tidak didapatkan dari perbuatan<br />
duniawi.”<br />
Liang Wudi: “Apakah kebenaran arya (suci) yang<br />
pertama?”<br />
Bodhidharma: “Semua kosong belaka, pada<br />
dasarnya tidak ada orang suci.”<br />
Liang Wudi: “Kalau begitu siapakah yang di<br />
hadapanku ini?”<br />
Bodhidharma: “Aku tidak kenal.”<br />
Jawaban Bodhidharma itu disambut dengan sikap<br />
dingin oleh Kaisar Liang Wudi. Bodhidharma sadar<br />
102<br />
102 / SINAR DHARMA<br />
SINAR DHARMA