Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
INSPIRASI<br />
DUNIA BUDDHIS<br />
Kinnari berbeda dengan jalan manusia. Bahkan burungburung<br />
tidak dapat memasuki jalan para Kinnari,<br />
apalagi para manusia?.... tempat tersebut, o pangeran,<br />
tidak dapat dicapai oleh langkah manusia. Maka dari<br />
itu, kembalilah. Ayahmu adalah penguasa 60.000<br />
kota. Bukankah seharusnya pangeran menyibukkan<br />
dirinya dengan menikmati kesenangan yang agung? Ia<br />
tidak dapat pergi ke tempat yang tidak bisa dicapai<br />
ini.” Resi juga menyampaikan pesan Manohara yang<br />
meminta pangeran untuk kembali karena jalan ke<br />
kota Druma adalah jalan yang berbahaya dan penuh<br />
rintangan, namun kali ini ada yang ditambahkan oleh<br />
Manohara, bahwa apabila Sudhana tetap bertekad<br />
maju terus, maka ada berbagai macam instruksi harus<br />
dipenuhi untuk mengatasi berbagai macam rintangan<br />
yang akan terjadi.<br />
Sudhana segera mengikuti semua instruksi<br />
Manohara. Ia mendapatkan mantra-mantra, ramuan<br />
penyembuh, busur dan panah, permata, racun,<br />
kecapi dan kapak besi. Namun Resi berkata, “O<br />
pemuda, mengapa engkau menyusahkan dirimu<br />
sendiri? Meskipun Manohara penting bagimu, dengan<br />
sendirian, engkau pasti kehilangan nyawa.”<br />
Pangeran Sudhana tetap pada tekadnya<br />
menjawab, “Aku lebih memilih mati daripada tidak<br />
bisa menemui Manohara. Resi agung, aku pasti akan<br />
pergi, mengapa? Dengan kekuatanku yang hebat ini<br />
mengapa aku mesti memiliki pendamping? Bukankah<br />
seorang pria harus yakin pada dirinya bahwa ia akan<br />
dapat menyeberangi gelombang laut yang besar?<br />
Jika seorang makhluk yang berani berjuang sampai<br />
titik darah penghabisan, tidak ada keluhan apabila<br />
terjadi luka-luka ataupun rasa sakit.” Kata-kata itu<br />
menggetarkan batin Resi sehingga akhirnya tidak<br />
menghalang-halanginya lagi. Resi adalah seorang<br />
yang terberkahi dan memiliki welas asih.<br />
Resi Kasyapa kemudian memberitahu<br />
Sudhana agar bermalam di pertapaan menunggu<br />
datangnya para kera. Pemimpin para kera itu sering<br />
membawakan buah-buah segar untuk Resi Kasyapa.<br />
Resi akan meminta raja kera untuk membawa<br />
pengiring pangeran menuju kota Nirati, kediaman<br />
raja Druma (Dumaraja), raja para Kinnara, sedangkan<br />
Sudhana harus seorang diri menempuh perjalanan ke<br />
kota Raja Druma. Ketika pagi tiba, Sudhana terbangun<br />
mendengar suara langkah kaki raja kera yang<br />
seperti singa. Ia langsung keluar melihat raja kera<br />
mempersembahkan buah-buahan pada Resi.<br />
Resi Kasyapa berkata padanya raja kera, “O<br />
raja para kera, berikanlah padaku sebuah imbalan<br />
yang baik.” Raja kera menyanggupinya. Resi Kasyapa<br />
melanjutkan, “Bimbinglah tiga pengiring pangeran ini<br />
ke kota Nirati, kota Raja Kinnara Druma.”<br />
Perjuangan Sang Pangeran<br />
Raja kera kemudian meninggalkan pertapaan<br />
menggendong para pengiring Sudhana di punggungnya.<br />
Melewati satu puncak ke puncak gunung yang lain, dari<br />
hutan ke hutan yang lain, akhirnya sampailah di kota<br />
Nirati di puncak Kailash.<br />
Sedangkan Sudhana berjuang seorang diri<br />
tanpa mengenal takut. Ia melewati sepuluh gunung<br />
di utara Himalaya. Di gunung-gunung itu ia bertemu<br />
dengan berbagai macam makhluk magis. Sudhana<br />
dengan gagah berani menaklukkan makhluk-makhluk<br />
berkepala banteng [minotaur], berkepala kambing<br />
[satyr], Rakshasha (ogre) Pingala. Di sebuah goa<br />
ia menaklukkan ular yang sangat besar dan kuat.<br />
Dengan busur dan panah ia menaklukkan ular hitam<br />
yang mengerikan. Ketika melihat makhluk berwujud<br />
banteng (minotaur) menyeruduk satu sama lain, ia<br />
mematahkan tanduk mereka agar bisa lewat. Dengan<br />
kecakapannya ia mengalahkan dua orang terbuat dari<br />
besi (golem) yang memegang senjata mengerikan.<br />
Rakshasa dengan mulut besi ditaklukkannya dengan<br />
kapak besi. Berulangkali ia berhadapan dengan Yaksha<br />
(goblin) dan Rakshasha. Ia menyeberangi sungai yang<br />
penuh dengan buaya.<br />
SINAR DHARMA<br />
83<br />
SINAR DHARMA / 83