22.11.2014 Views

Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta

Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta

Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

DUNIA BUDDHIS<br />

Oprah: Secangkir teh, seperti ini? [sambil<br />

mengangkat cangkirnya. ]<br />

Nhat Hanh: Ya.<br />

Oprah: Satu jam.<br />

Nhat Hanh: Setiap momen adalah momen<br />

kebahagiaan. Dan selama jam-jam meditasi teh, Anda<br />

memupuk kegembiraan, persaudaraan, berdiam di sini<br />

dan sekarang.<br />

Oprah: Apakah Anda melakukan hal yang sama<br />

dengan semua makanan?<br />

Nhat Hanh: Ya. Kami mempunyai cara makan dengan<br />

berdiam diri sehingga kami bisa berhubungan dengan<br />

alam semesta, dengan setiap potong makanan.<br />

Oprah: Berapa lama waktu yang Anda butuhkan<br />

untuk menyelesaikan proses makan? Sepanjang hari?<br />

Nhat Hanh: Satu jam sudah cukup. Kami duduk dalam<br />

satu kelompok dan bersama-sama menikmati makanan<br />

kami. Jadi entah Anda sedang makan, minum teh,<br />

atau makan di piring, Anda melakukannya sedemikian<br />

rupa sehingga kebebasan, sukacita, kebahagiaan itu<br />

menjadi nyata. Banyak orang datang ke pusat pelatihan<br />

kami dan belajar seni hidup berkesadaran penuh ini.<br />

Lalu kembali ke tempat asal mereka dan mendirikan<br />

Sangha, sebuah komunitas, untuk melakukan hal yang<br />

sama. Kami telah membantu mendirikan Sangha di<br />

seluruh dunia.<br />

Oprah: Sangha adalah komunitas tercinta.<br />

Nhat Hanh: Ya.<br />

Oprah: Seberapa pentingkah komunitas dalam<br />

hidup kita? Orang-orang memilikinya dengan keluarga<br />

mereka sendiri, kemudian Anda mengembangkan<br />

komunitas tercinta Anda dengan menyertakan orang<br />

lain. Jadi semakin besar komunitas tercinta Anda,<br />

semakin banyak yang dapat Anda capai di dunia ini.<br />

Nhat Hanh: Benar.<br />

Oprah: Berbicara tentang subjek komunitas, mari<br />

kita kembali ke tahun 1966. Anda diundang untuk<br />

datang dan berbicara di Universitas Cornell, dan<br />

tak lama setelah itu, Anda tidak diizinkan kembali<br />

ke negara Anda. Anda diasingkan selama 39 tahun.<br />

Bagaimana Anda mengatasi perasaan Anda?<br />

Nhat Hanh: Yah, saya seperti seekor lebah yang<br />

dikeluarkan dari sarangnya. Tapi karena saya membawa<br />

komunitas tercinta dalam hati saya, saya mencari<br />

unsur-unsur dari Sangha di sekitar saya di Amerika<br />

dan di Eropa. Lalu saya mulai membangun sebuah<br />

komunitas yang bekerja untuk perdamaian.<br />

Oprah: Apakah Anda merasa marah pada awalnya?<br />

Terluka?<br />

Nhat Hanh: Marah, cemas, sedih, terluka. Praktik<br />

kesadaran penuh membantu saya mengenalinya.<br />

SINAR DHARMA<br />

Pada tahun pertama, saya hampir setiap malam<br />

bermimpi pulang ke rumah. Saya sedang mendaki<br />

sebuah bukit yang indah, sangat hijau, sangat<br />

bahagia, lalu tiba-tiba saya terbangun dan sadar<br />

bahwa saya berada di pengasingan. Jadi praktik saya<br />

adalah bersentuhan dengan pohon-pohon, burungburung,<br />

bunga-bunga, anak-anak, orang-orang di<br />

Barat - dan membuat mereka menjadi komunitas<br />

saya. Karena praktik itu, saya menemukan rumah<br />

di luar rumah saya. Satu tahun kemudian, mimpimimpi<br />

itu berhenti.<br />

Oprah: Apa alasan Anda tidak diizinkan kembali<br />

ke negara Anda?<br />

Nhat Hanh: Selama perang, pihak-pihak yang<br />

bertikai kesemuanya menyatakan bahwa mereka<br />

akan berjuang hingga titik darah penghabisan. Dan<br />

orang-orang kami yang mencoba berbicara tentang<br />

rekonsiliasi di antara saudara-saudara itu - mereka<br />

tidak mengizinkan kami.<br />

Oprah: Jadi, ketika Anda menjadi seorang<br />

lelaki tanpa negara, Anda membuat sebuah rumah<br />

di negara-negara lain.<br />

Nhat Hanh: Ya.<br />

Oprah: Dan salah satunya adalah di Amerika<br />

Serikat.<br />

Nhat Hanh: Ya.<br />

Oprah: Bagaimana Anda bertemu Martin Luther<br />

King?<br />

Nhat Hanh: Pada bulan Juni 1965, saya menulis<br />

surat untuknya menjelaskan mengapa para bhiksu<br />

di Vietnam membakar diri sendiri. Saya katakan<br />

ini bukan bentuk bunuh diri. Saya katakan bahwa<br />

dalam situasi-situasi seperti yang satu ini di<br />

Vietnam, untuk membuat suara Anda didengar<br />

adalah sulit. Kadang-kadang kita harus membakar<br />

diri kita sendiri dengan tujuan untuk dapat<br />

didengar. Karena welas asihlah Anda melakukan<br />

hal itu. Ini adalah aksi cinta kasih, bukan putus<br />

asa. Lalu tepat satu tahun setelah saya menulis<br />

surat itu, saya bertemu dengannya di Chicago.<br />

Kami berdiskusi tentang perdamaian, kebebasan<br />

dan masyarakat. Lalu kami sepakat bahwa tanpa<br />

33<br />

SINAR DHARMA / 33

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!