Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
DUNIA BUDDHIS<br />
mengguncang dinding-dinding tradisi, “Kami sekarang<br />
melakukan tarian cham (topeng) yang sebelumnya<br />
hanya didominasi para bhiksu dan bahkan kami juga<br />
melakukan ritual doa sore yaitu Senge Tsewa,” ujar<br />
Jigme Mipham Zangpo.<br />
“Buddha tidak pernah berkata bahwa perempuan<br />
tidak penting. Para kaum perempuan memiliki potenmsi<br />
yang menakjubkan yang akhirnya dapat secara utuh<br />
dikenali,” ucap Gyalwang Drukpa Rinpoche ke-12,<br />
pemimpin spiritual tertinggi Drukpa Kagyu.<br />
Jetsunma Tenzin Palmo, wanita Inggris yang menjadi<br />
bhiksuni tradisi Drukpa selama lebih dari 30 tahun,<br />
mengatakan bahwa secara tradisional para bhiksuni<br />
memang tidak diperhatikan dan diterlantarkan.<br />
“Masalah utama para bhiksuni adalah tidak memiliki<br />
situasi menguntungkan dari sisi tempat tinggal, mereka<br />
tidak mendapat dukungan dari umat seperti halnya<br />
yang diterima para bhiksu dan mereka juga tidak<br />
berpendidikan. Jadi seringkali para bhiksuni hanya<br />
menjadi pembantu keluarga mereka atau bekerja di<br />
bagian dapur dan kebun vihara,” ujarnya.<br />
Gyalwang Drukpa adalah reinkarnasi ke-12 dari<br />
pemimpin aliran Buddha Drukpa - atau naga - yang<br />
merupakan agama terbesar di Bhutan dan dianut secara<br />
luas di negara-negara sekitar pegunungan Himalaya.<br />
Dia menegaskan bahwa para pemimpin spiritual<br />
sebelumnya tidak cukup berbuat atau bertindak untuk<br />
mendorong hak-hak kaum wanita. “Waktu kecil, saya<br />
sudah memandang bahwa tidak benar perilaku menekan<br />
kaum wanita yang terjadi di masyarakat,” tegasnya.<br />
“Lalu setelah saya dewasa, saya mulai berpikir apa<br />
yang bisa saya lakukan untuk mereka? Kemudian saya<br />
berpikir untuk membangun satu vihara bagi bhiksuni<br />
dan memberi kesempatan pada mereka untuk belajar<br />
dan berlatih secara spiritual,” ujarnya.<br />
Vihara Amitabha Drukpa yang dibangun oleh<br />
Gyalwang Drukpa merupakan pusat keagamaan dan<br />
penelitian yang modern, memiliki dana mencukupi<br />
dan berfasilitas lengkap. “Tidak hanya [gedung itu]<br />
indah untuk dilihat, tetapi ini merupakan vihara yang<br />
dibimbing dan mendapat dukungan penuh dari guru<br />
mereka, yaitu saya,” ujarnya.<br />
“Dalam bermeditasi anda berlatih berkonstransi,<br />
dengan kungfu anda juga berlatih berkonsentrasi.”<br />
Bhiksuni Jetsunma Tenzin Palmo mengatakan akan<br />
memperkenalkan kungfu di viharanya yang berada di<br />
negara bagian Himachal Pradesh, India. “Kungfu adalah<br />
latihan yang sangat bagus, yang kedua, kungfu sangat<br />
bagus untuk melatih disiplin dan konsentrasi. Ketiga,<br />
kungfu membangkitkan rasa percaya diri yang sangat<br />
penting bagi para bhiksuni. Yang keempat, ketika para<br />
pria muda di sekitar tahu bahwa bhiksuni adalah jago<br />
kungfu, mereka akan menjauh,” tegasnya.<br />
Jetsunma mengatakan sejak vihara bhiksuni mulai<br />
memperkenalkan program pendidikan dan kegiatan<br />
fisik seperti kungfu, jumlah kaum perempuan yang ingin<br />
menjadi bhiksuni meningkat drastis. “Kebanyakan dari<br />
mereka mengatakan, wow, jika saya menjadi bhiksuni<br />
saya bisa belajar, bisa berlatih, bisa melakukan ritual<br />
keagamaan, bisa hidup bersama bhiksuni tercinta<br />
lainnya, pun para Lama akan mengunjungi dan<br />
memberikan bimbingan Dharma pada kami,” ujarnya.<br />
Ini menjadi pembuka bagi kaum perempuan di<br />
wilayah itu untuk menuju ke dunia yang lebih luas yang<br />
sebelumnya tertutup bagi mereka.<br />
SINAR DHARMA<br />
29