Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
ARSITEKTUR BUDDHIS<br />
Siheyuan dapat diperluas menjadi beberapa<br />
komplek rumah/halaman (Yuan) sehingga<br />
dikenal dengan sebutan halaman depan,<br />
halaman belakang, halaman timur, halaman<br />
ruang belajar, dan sebagainya.<br />
Siheyuan terbesar yang dapat kita lihat<br />
adalah Istana Gu Gong di Beijing, atau yang<br />
dahulunya kita kenal sebagai Forbidden City<br />
(Kota Terlarang, bekas istana kaisar Dinasti<br />
Ming dan Qing). Berapa luas Siheyuan Gugong<br />
ini? Ia menempati area seluas 72 ha, dengan<br />
15 ha luas bangunan, 980-an bangunan dengan<br />
<strong>8.7</strong>00-an ruang/kamar. Dapat kita bayangkan<br />
betapa besarnya Siheyuan satu ini!<br />
Aturan Tujuh Bangunan<br />
Vihara pertama di Tiongkok, Baimasi (Vihara<br />
Kuda Putih), yang dibangun di masa Dinasti Han<br />
Timur Tahun 10 Yongping (67 M), juga bercorak<br />
Siheyuan. Ini karena sebelum dijadikan sebagai<br />
vihara, tempat yang sebelumnya bernama<br />
Honglusi itu adalah kantor pemerintahan<br />
tempat penyambutan tamu-tamu negara dari<br />
negara asing. Dari sinilah kemudian timbul dua<br />
‘salah kaprah’. Pertama, sebutan Si yang semula<br />
berarti kantor pemerintahan di era Tiongkok<br />
kuno, akhirnya berubah menjadi sebutan bagi<br />
vihara, meski dalam perjalanannya, vihara<br />
di Tiongkok juga sempat disebut sebagai<br />
Futu dan lain seabgainya. Kedua, arsitektur<br />
vihara di Tiongkok akhirnya mengikuti corak<br />
Siheyuan, menjadi vihara khas bergaya suku<br />
Han Tiongkok.<br />
Pada awal perkembangannya, sebelum era<br />
Dinasti Sui hingga Tang (581-907 M), tata letak<br />
vihara di Tiongkok hampir sama dengan kondisi<br />
di India, hanya mendirikan pagoda (stupa),<br />
SINAR DHARMA<br />
tidak memiliki bangunan khusus untuk menempatkan<br />
rupang Buddha. Sebagai tanda penghormatan,<br />
pagoda ditempatkan tepat di tengah-tengah vihara.<br />
Pagoda yang menjadi pusat vihara ini dikelilingi ruang<br />
Sangha (tempat istirahat, tidur dan bermeditasi para<br />
penghuni vihara) dan ruang-ruang aktivitas lainnya.<br />
Hal ini tertulis dalam Catatan Tiga Negara Buku Wu<br />
(San Guo Zhi Wu Shu). Pagoda waktu itu berfungsi<br />
sebagai tempat penempatan relik, pembacaan Sutra,<br />
puja bakti terhadap Buddha serta objek penghormatan<br />
yang dilakukan dengan mengelilingi pagoda.<br />
Pola pagoda sebagai pusat vihara akhirnya<br />
mengalami perubahan. Vihara-vihara di Tiongkok mulai<br />
menempatkan rupang Buddha di dalam bangunan<br />
khusus yang disebut Ruang Balairung (Dian Tang). Saat<br />
itu, Ruang Balairung dan Pagoda dipandang memiliki<br />
tingkat kesakralan yang sederajat, sebab itu Pagoda<br />
ditempatkan di depan Ruang Balairung.<br />
Namun seiring dengan berkembangnya budaya<br />
kesenian pembuatan figur/rupang, vihara Tiongkok<br />
lebih menitikberatkan Ruang Balairung dibanding<br />
Pagoda. Secara berangsur-angsur Pagoda dipindahkan<br />
ke luar komplek vihara. Ada juga yang tetap berada<br />
di komplek vihara namun dalam halaman (Yuan)<br />
tersendiri, atau berada di salah satu sisi vihara (depan,<br />
belakang, samping). Namun pada akhirnya banyak<br />
vihara yang tidak lagi mendirikan Pagoda.<br />
Era Dinasti Tang (618-907) adalah era kebangkitan<br />
dan kejayaan Tradisi Chan (Zen). Pada awalnya dalam<br />
vihara Tradisi Chan hanya terdapat Ruang Dharma<br />
(Dharmasala, ruang pembabaran Dharma), namun<br />
semenjak era Dinasti Bei Song (Song Utara, 960-<br />
1127 M) Tradisi Chan menerapkan aturan tata letak<br />
bangunan vihara yang disebut “Aturan Tujuh Bangunan<br />
Vihara”. Tujuh bangunan ini adalah:<br />
Balairung Buddha (ruang melakukan<br />
puja bakti kepada Buddha), Ruang<br />
Dharma, Ruang Sangha, Ruang Gudang<br />
(penyimpanan dan pengolahan<br />
makanan), Pintu Gerbang (Shan<br />
Men), Kakus dan Kamar Mandi. Tiga<br />
bangunan yakni Ruang Sangha, Kakus<br />
dan Kamar Mandi disebut sebagai Tiga<br />
Ruang Hening, karena semua aktivitas<br />
dalam tiga ruangan ini berlangsung<br />
61