Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
INSPIRASI<br />
pada ibunya dan meminta untuk tidak memberikannya<br />
pada Manohara, kecuali pada saat genting.<br />
Mengetahui bahwa Bodhisattva dalam wujud<br />
pangeran akan pergi berperang, Mahadevaraja<br />
Vaisravana memerintahkan jendralnya, Yaksha (ogre)<br />
Panchika, untuk membantu Sudhana menaklukkan<br />
para pemberontak tanpa pertumpahan darah.<br />
Panchika kemudian memimpin pasukan bersenjata<br />
yang bertubuh sangat besar dan gagah menuju<br />
benteng para pemberontak. Panchika memerintahkan<br />
para pemberontak untuk membuka gerbang benteng<br />
agar Sudhana dapat masuk. Karena sebenarnya yang<br />
dibenci para pemberontak adalah menteri-menteri<br />
raja, bukan Sudhana yang bajik, mereka bersedia<br />
membuka gerbang. Sudhana kemudian berhasil<br />
mengatasi pemberontakan itu dengan cara damai dan<br />
diplomatis.<br />
Malam harinya raja bermimpi dan menanyakan<br />
artinya pada brahmana Purohita. Sang brahmana<br />
tahu bahwa mimpi itu adalah pertanda baik, namun<br />
dengan licik dan niat jahat ia mengatakan bahwa<br />
mimpi itu pertanda bahwa raja akan kehilangan<br />
tahtanya dan hidupnya terancam, sehingga perlu<br />
ritual yang mencakup para brahmana yang cakap<br />
dalam Veda serta darah dari makhluk-makhluk magis<br />
untuk menyucikan raja. Raja berkata, “Semua ini bisa<br />
dilakukan, tetapi darah dari makhluk magis sangatlah<br />
langka.” Purohita kemudian mengatakan bahwa ada<br />
satu makhluk magis tinggal di istana, yaitu Manohara.<br />
“Purohita, janganlah berkata demikian karena hidup<br />
Sudhana bergantung padanya,” jawab raja. Namun<br />
dengan kata-kata yang licik dan menggoda, raja<br />
akhirnya menyetujuinya dengan pertimbangan masih<br />
bisa mencarikan istri lain bagi Sudhana.<br />
Ketika mendengar hal ini, gadis-gadis istana<br />
bersuka ria karena mereka juga ingin merebut cinta<br />
Sudhana. Mereka menceritakannya pada Manohara.<br />
Rasa sakit, takut dan sedih mendera Manohara. Ia<br />
langsung menghadap sang ratu, ibu mertuanya. Ratu<br />
berkata, “Putriku, aku diminta memberimu hiasan<br />
kepala ini apabila hidupmu dalam bahaya.” Manohara<br />
ingat bahwa sebelumnya raja juga pernah memohon<br />
padanya untuk kembali ke kota Nirati, kota para<br />
Kinnara. Dengan hati yang perih, rindu dan terpaksa<br />
karena masih sangat mencintai Sudhana, ia akhirnya<br />
memutuskan untuk pergi.<br />
Kepergian Manohara<br />
Dengan membawa perhiasan-perhiasannya,<br />
Manohara meninggalkan istana. Para gadis pelayannya<br />
menangis sedih. Para penduduk Hastinapura<br />
mengantar kepergian Manohara. Di kanan dan kiri ia<br />
disambut oleh tangan-tangan yang ingin bersalaman<br />
dan ribuan wanita mengantarnya dengan berbagai<br />
karangan bunga. Ketika Manohara sudah dekat dengan<br />
altar kurban, dengan kekuatan hiasan kepalanya ia<br />
akhirnya terbang pergi melarikan diri kembali ke<br />
SINAR DHARMA<br />
kotanya di Himalaya. Ia akhirnya sampai di Himalaya<br />
dan menoleh ke belakang melihat kota Hastinapura.<br />
Di Himalaya, di tepi sungai Sutlej, dua orang<br />
pemburu, Utpalaka dan Malaka, sedang berburu rusa.<br />
Melihat Manohara, mereka beranjali dan bertanya,<br />
“Mengapa, putri, engkau melihat sekeliling dan ke<br />
manakah engkau hendak pergi?”<br />
“Aku merindukan dua hal: tuanku (Sudhana)<br />
dan rumah dari para manusia. Aku melihat ke bawah<br />
ke arah Sudhana namun aku terpaksa kembali ke<br />
Nirati.” Para pemburu mengatakan, ”Pangeran<br />
Sudhana memiliki wanita-wanita dari Kuru dan<br />
Pancala. Ia akan bersenang-senang dengan mereka; ia<br />
tidak akan mengingatmu.” Mendengar itu, Manohara<br />
menjawab mereka dengan lantang: “Aku dapat<br />
memikat pangeran Sudhana dengan satu pandangan<br />
dan satu senyuman. Meskipun ia tumbuh sebesar gajah<br />
aku masih memiliki kekuatan untuk mengikatnya.”<br />
Ia kemudian memberikan cincinnya pada para<br />
pemburu dan berkata, “Jika Pangeran Sudhana datang<br />
mencariku, berikanlah padanya cincin ini sebagai<br />
tanda dan katakanlah atas namaku. Katakan padanya.<br />
‘Kembalilah, engkau berada di jalan yang sulit yang<br />
berada di luar jangkauan manusia.’ Karena sudah<br />
merupakan takdirku untuk berpisah dengan para<br />
manusia.” Setelah itu Manohara menyeberangi sungai<br />
Sutlej tanpa kakinya menyentuh permukaan sungai.<br />
Akhirnya Sudhana kembali ke kerajaan.<br />
Mengetahui putranya berhasil menaklukkan para<br />
pemberontak, raja menjadi gembira. Sudhana dengan<br />
segera mencari Manohara. Ia tidak menemukan<br />
Manohara, dengan berlari ke mana-mana ia mencari<br />
dan berteriak, “Manohara! Manohara!” Para gadis<br />
istana menceritakan keseluruhan kisah pada Sudhana.<br />
Menyadari betapa kejamnya sang ayah, Sudhana pergi<br />
ke ibunya dan berkata, “Berpisah dengannya membuat<br />
pikiranku sangat sedih. Manohara selalu berada<br />
di dalam pikiranku, menyenangkan pikiranku dan<br />
merupakan kebahagiaan batinku.” Ibu ratu kemudian<br />
menceritakan mengapa dan bagaimana ia membiarkan<br />
Manohara pergi kembali ke Himalaya. Lalu sang ibu<br />
berusaha menghibur mengatakan masih banyak gadis<br />
lain di istana. Sudhana dengan lantang menjawab<br />
ibunya, “Ibu, bagaimana aku bisa bahagia apabila<br />
tidak menemukannya?”<br />
Raja Subahu juga berusaha membujuknya untuk<br />
melupakan Manohara, “Putraku, janganlah berpikir<br />
tentang Kinnari itu lagi. Engkau memiliki banyak wanita<br />
dan aku bisa mendapatkan ribuan wanita lagi untukmu.<br />
Bersenang-senanglah dengan mereka. Apa arti Kinnari<br />
itu bagimu? Engkau adalah manusia.” Raja kemudian<br />
memerintahkan tempat tinggal pangeran didekorasi<br />
dan para gadis istana untuk menghibur Sudhana agar<br />
ia melupakan Manohara. Gerbang-gerbang istana<br />
dijaga ketat. Sudhana sangat kecewa dengan tindakan<br />
ayahnya ini.<br />
Sudhana akhirnya bertemu dengan pemburu<br />
81<br />
SINAR DHARMA / 81