Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
SISI DUNIA LAIN BUDDHIS<br />
harinya. Apakah Bodhisattva berbohong? Tidak. Yang<br />
dimaksud Pangeran Siddharta adalah bukan membawa<br />
istrinya dalam wujud fisik, namun ia akan membawa<br />
serta istrinya menuju Nirvana. Pangeran tetap berada<br />
di sisinya, bukan dalam wujud fisik, namun dalam<br />
usaha perjalanan mencapai Pantai Seberang.<br />
Kitab Mahavastu dan Mulasarvastivada Vinaya<br />
mencatat bahwa ketika Pangeran Siddharta<br />
meninggalkan keduniawian, Yasodhara belum hamil. Ia<br />
bercinta dengan Yasodhara sebelum ia meninggalkan<br />
kerajaan dan kemudian hamillah Yasodhara. Menurut<br />
kedua teks di atas, Yasodhara mengandung selama<br />
enam tahun. Ini disebabkan oleh karma buruknya di<br />
masa lampau dan karma buruk dari sang calon bayi<br />
sendiri, Rahula.<br />
Raja Suddhodana dan Suprabuddha mengirim 500<br />
mata-mata dan pembawa pesan untuk memantau<br />
keadaan Pangeran Bodhisattva yang kemudian<br />
melapor: “Pangeran melakukan pertapaan seperti<br />
ini itu. Ia hanya makan satu biji wijen, satu butir<br />
beras, satu bidara, satu kacang pulse, satu kacang<br />
buncis, satu kacang mangga. Ia tidur di atas rumput<br />
darbha.” Mendengar ini, Yasodhara yang dicengkeram<br />
kesedihan dan kerinduan akan pangerannya, wajahnya<br />
penuh dengan air mata, ornamen dan perhiasan ia<br />
tanggalkan, lalu menjalani kehidupan pertapaan.<br />
Ia juga makan satu biji wijen, satu butir beras, satu<br />
bidara, satu kacang pulse, satu kacang buncis, satu<br />
kacang mangga. Ia juga tidur di atas rumput darbha.<br />
Yasodhara yang mendengar bahwa Pangeran Siddharta<br />
bertapa dengan sangat keras, berkata pada dirinya<br />
sendiri: “Tidak tepat dan tidak sesuai bila seorang<br />
putra yang mulia menderita, menjalani hidup yang<br />
sulit, berbaring di atas rerumputan dan hidup dengan<br />
SINAR DHARMA<br />
sedikit makanan yang sederhana, [sedangkan]<br />
aku makan makanan kerajaan di istana, minum<br />
minuman istana, memakai pakaian istana dan ada<br />
tempat tidur istana untukku. Biarkanlah sekarang<br />
aku akan hidup dengan makanan yang sedikit dan<br />
sederhana, memakai pakaian biasa dan tidur di atas<br />
jerami.” Mendengar hal itu, Bhiksu Udayin memuji<br />
kesetiaan Yasodhara pada Bhagava, lalu Buddha<br />
menceritakan Siriprabha Jataka. (Mahavastu)<br />
Disebabkan oleh praktik pertapaan ini,<br />
Yasodhara menjadi kurus sekali seperti Bodhisattva<br />
yang kurus dalam menjalani pertapaan keras.<br />
Kehamilannya menjadi tidak terawat dan janinnya<br />
berada di ambang bahaya. Raja Suddhodana<br />
merasa cemas akan keadaan cucunya yang masih<br />
dalam kandungan.“Jika Yasodhara terus menerus<br />
mendengar berita tentang Pangeran, menjadi sedih<br />
oleh karena suaminya dan tetap pada pertapaannya,<br />
maka ia tidak akan dapat menyokong bayi tersebut.<br />
Bayinya akan gugur.” Suddhodana kemudian<br />
mengupayakan agar Yasodhara tidak mendengar<br />
lagi berita tentang Pangeran.<br />
Yasodhara yang tidak lagi mendengar kabar dan<br />
meniru tindakan suaminya, mulai memakan lagi<br />
makanan yang bergizi sehingga kelangsungan hidup<br />
janinnya terjaga. Saat Yasodhara meninggalkan<br />
pertapaan kerasnya, saat itu Petapa Siddharta juga<br />
mulai mengkonsumi makanan yang bergizi, yaitu<br />
nasi susu pemberian Nanda dan Nandabala/Sujata.<br />
Ketika Buddha berhasil mengalahkan Mara dan<br />
pasukannya di bawah pohon Bodhi di Bodhgaya,<br />
Mara yang merasa tidak senang mengirim para<br />
dewa pengikutnya untuk mengumumkan pada<br />
11<br />
SINAR DHARMA / 11