Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
INSPIRASI<br />
Selama dua millennium lamanya sebuah kisah<br />
cinta yang legendaris telah dilestarikan. Tak banyak<br />
diketahui orang, tetapi kisah cinta tersebut terabadikan<br />
di mahakarya bangsa kita, Candi Borobudur. Ya, itu<br />
adalah kisah Kinnari Jataka yang tercantum dalam<br />
kitab Mahavastu, Divyavadana dan Pannasa Jataka,<br />
merefleksikan keromantisan legenda Arthurian<br />
sekaligus kisah-kisah fantastis bagai Arabian Nights.<br />
Tokoh dalam kisah itu bernama Sudhana dan<br />
Manohara, dua nama yang diingat sepanjang masa<br />
oleh karena kesetiaan cinta mereka yang indah. Tak<br />
hanya itu, mereka berdua adalah kelahiran lampau<br />
Bodhisattva Siddharta dan Yasodhara, istri yang<br />
selalu setia menemani selama 500 kali kelahiran dan<br />
4 asankhyeyya kalpa lamanya. Buddha menceritakan<br />
kisah tersebut untuk menjelaskan bahwa tidak dalam<br />
kehidupan kali ini saja memenangkan cinta Yasodhara,<br />
tetapi juga pada kehidupan-kehidupan lampau yang<br />
tak terhitung lamanya.<br />
Di suatu waktu di masa lampau, di Hastinapura,<br />
Uttarapanchala, hiduplah seorang raja bernama<br />
Dhana-Subahu Adiccavamsa dengan istrinya Candadevi.<br />
Beliau adalah raja yang agung dan bajik. Kerajaannya<br />
sangat subur, indah dan makmur serta juga didukung<br />
oleh seorang devaputra yaitu Raja Naga Janmachitra<br />
(Jambucitta) yang menambah kemakmuran kerajaan<br />
tersebut. Namun ada satu yang kurang yaitu tak kunjung<br />
mempunyai anak. Para brahmana menyarankan untuk<br />
berdoa pada para dewa. Raja Subahu lalu memohon<br />
pada Deva Siva, Varuna, Kuvera, Vasudeva dan para<br />
dewa lainnya.<br />
Mendengar permohonan yang tulus dari sang<br />
raja, Bodhisattva Siddharta yang pada saat itu terlahir<br />
sebagai dewa di Surga Trayastrimsa (Tavatimsa), masuk<br />
78<br />
78 / SINAR DHARMA<br />
ke dalam rahim istri Raja Subahu. Akhirnya lahirlah<br />
seorang putra tampan yang diberi nama Sudhana,<br />
karena merupakan putra dari Raja Dhana-Subahu.<br />
Seiring bertambahnya usia, Sudhana belajar<br />
membaca dan menulis, ahli dalam delapan macam<br />
ujian. Ia adalah anak yang istimewa dan cakap.<br />
Beranjak dewasa, ia juga ahli dalam lima macam<br />
seni, pun cakap dalam berlatih mengembangkan<br />
kekuatan. Pangeran juga ahli dalam berbagai macam<br />
pengetahuan. Ayahnya memberinya gadis-gadis istana<br />
untuk menghiburnya.<br />
Upacara Yajna Sang Raja<br />
Daerah kekuasaan Raja Subahu bertetangga<br />
dengan kerajaan Simhapura tempat Raja Sucandrima<br />
yang agung dan bajik berkuasa. Raja Sucandrima<br />
berniat untuk mengadakan upacara korban<br />
(yajnadvata) dengan mengorbankan semua jenis<br />
hewan yang ada di muka bumi. Beliau memerintahkan<br />
para pemburu dan nelayan untuk menangkap semua<br />
makhluk hidup, baik yang berkaki maupun tak berkaki,<br />
yang hidup di darat maupun laut. Para pemburu dan<br />
nelayan akhirnya berhasil menangkap semua jenis<br />
makhluk hidup, kecuali seorang Kinnari (elf / fairy).<br />
Setelah hewan-hewan kurban selesai ditata,<br />
raja naik ke altar, melepas semua pakaian, menyalakan<br />
dupa dan mengundang para resi dari empat penjuru<br />
yang ahli dalam meditasi pun memiliki kekuatan sihir<br />
yang hebat dan dapat terbang di udara. Undangan<br />
itu berhasil, para resi datang ke altar pengorbanan<br />
dengan terbang lewat udara. Raja Sucandrima<br />
gembira dan bersujud di hadapan mereka, memohon<br />
para resi untuk melihat apakah hewan-hewan kurban<br />
yang diberikan sudah lengkap. Namun para resi<br />
SINAR DHARMA