Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
PENGALAMAN DHARMA<br />
Sejujurnya, aku merasa aneh juga, tapi aku<br />
sok biasa, hehe. Tadinya aku melihat burung itu<br />
berjalan terseok-seok di teras wihara di antara<br />
pot-pot tanaman hias. Sebenarnya burung itu bisa<br />
terbang, hanya tidak selincah kalau sehat. Tapi ia<br />
tak merontak atau menghindar, diam saja sambil<br />
melihat ke aku yang mengulurkan tangan hati-hati<br />
meraihnya.<br />
Oleh belas kasih mengetahui burung itu sakit,<br />
aku juga berusaha agar burung itu mau dibantu. Saat<br />
menghampiri burung itu, aku memancarkan vibrasi<br />
metta ke burung itu. Entah pancaran metta aku<br />
manjur, hehe, ia pasrah saat aku tangkap.<br />
Jadi aku punya kesempatan memberinya<br />
makan, memberinya minum. Saat tanganku sedang<br />
menangkap burung itulah, ketika aku berbalik,<br />
ternyata sepasang suami istri dan anak itu tengah<br />
mengamati dari tadi di belakangku.<br />
Mereka bernamaskara. Suami istri itu tidak<br />
berkata apa-apa, memberi angpau lalu pamit.<br />
Anak itu masih terbengong-bengong bertanya,<br />
“Kok bisa yah, Bhante,” yang kembali aku jawab,<br />
“karena dia lagi sakit.”<br />
Saat anak itu pergi, aku meletakkan burung<br />
itu di teras tempat aku menangkapnya, tak lupa<br />
meletakkan tempat minum di situ. Beberapa<br />
saat, ketika aku memeriksa lagi, burung itu sudah<br />
pergi.<br />
Syukurlah dia sehat kembali. Feel free, because<br />
you be born for free.<br />
Keesokan hari setelah sarapan, aku melanjutkan<br />
perjalanan ke Medan, untuk kembali ke Jakarta.<br />
Jakarta, 29/01/2010<br />
52<br />
52 / SINAR DHARMA<br />
SINAR DHARMA