Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
FIGUR BUDDHIS<br />
rumah tangga dan berguru pada Bhiksu Baojing di<br />
Vihara Yongmu.<br />
Setelah beberapa tahun menjadi bhiksu, suatu ketika<br />
Shen’guang bermimpi dikunjungi dewa yang memberi<br />
tahunya untuk pergi ke selatan jika ingin mencapai<br />
keberhasilan dalam praktik Dharma. Keesokannya<br />
beliau merasakan sakit kepala yang sangat akut. Ketika<br />
gurunya ingin memberinya obat, tiba-tiba terdengar<br />
suara dari angkasa mengatakan bahwa ini merupakan<br />
proses regenerasi tulang kepala, bukan sakit kepala<br />
biasa. Kemudian Bhiksu Baojing melihat di kepala<br />
Shen’guang muncul benjolan seperti lima barisan<br />
gunung, lalu berkata, “Ini adalah pertanda baik bahwa<br />
engkau akan mencapai keberhasilan dalam praktik.<br />
Dewa ingin engkau pergi ke selatan, ada Vihara Shaolin<br />
yang mana YA. Bodhidharma akan menjadi gurumu di<br />
sana.”<br />
Setiba di Shaolin, Shen’guang mendengar bahwa<br />
Bodhidharma sedang melakukan penyunyian di sebuah<br />
gua. Ia segera menuju ke tempat itu dan dengan sabar<br />
menunggu. Bodhidharma tahu kedatangannya, tetapi<br />
tidak menggubrisnya sama sekali. Dengan rasa rendah<br />
hati, Shen’guang berpikir bahwa praktisi di masa lalu<br />
ketika mempraktikkan Dharma, mereka [sanggup]<br />
mengorbankan diri dengan memotong dan mengambil<br />
sumsum tulang, mengeluarkan darah demi memberi<br />
makan orang yang haus, atau menjatuhkan diri ke<br />
jurang demi memberi makan harimau. Kalau praktisi di<br />
masa lalu sanggup melakukannya, bagaimana dengan<br />
aku? Shen’guang menyadari bahwa dalam pencarian<br />
jalan spiritual, orang harus memiliki tekad dan usaha<br />
yang kuat.<br />
Saat itu sedang hujan salju lebat, Shen’guang berdiri<br />
di depan gua tanpa beranjak sedikit pun. Kebulatan<br />
tekadnya sudah tidak tergoyahkan, ia merasa harus<br />
mendapatkan jawaban atas apa yang dicarinya selama<br />
ini, meskipun hanya sebait kata. Salju turun semakin<br />
lebat hingga melewati batas lutut kaki Shen’guang,<br />
104<br />
104 / SINAR DHARMA<br />
tetapi tidak membuatnya menyerah sedikit pun.<br />
Dalam situasi yang dingin dan membuat badan menjadi<br />
kaku ini, Bodhidharma keluar menemui Shen’guang.<br />
“Engkau berdiri di tengah hujan salju sampai selama<br />
ini, apa yang kau inginkan?” Shen’guang menjawab,<br />
“Mohon belas kasih guru, mengajarkan pintu Dharma<br />
[yang bagaikan minuman dewata] dan membimbing<br />
semua makhluk.” Bodhidharma berkata, “Dharma<br />
yang terunggul dari para Buddha, direalisasi dari<br />
usaha keras sejak berkalpa-kalpa lamanya, mereka<br />
sanggup menahan dan bersabar terhadap segala<br />
tekanan yang tidak sanggup dilakukan orang-orang<br />
biasa. Praktik semacam ini tidaklah bisa dilakukan<br />
oleh orang yang memiliki kebijaksanaan dan kebajikan<br />
rendah, pun orang yang berpikiran sombong dan<br />
masih memandang rendah orang lain. Dengan sikap<br />
ini lalu ingin menggapai kendaraan sejati hanya akan<br />
melelahkan usaha dan kerja kerasnya.”<br />
Mendengar kata-kata ini, Shen’guang lalu<br />
mengeluarkan sebilah pisau dan seketika itu juga<br />
langsung memotong lengan kirinya dan meletakkan<br />
di depan Bodhidharma. Melihat sikap yang tidak lagi<br />
mempedulikan diri sendiri, Bodhidharma tahu bahwa<br />
Shen’guang pastilah merupakan seorang praktisi<br />
sejati dan bersungguh-sungguh, lalu berkata, “Ketika<br />
para Buddha sedang mencari jalan kebenaran, demi<br />
Dharma mereka melupakan keberadaan fisik mereka.<br />
Sekarang engkau memotong lengan di depanku, nilainilai<br />
pencarianmu terkandung dalam aspek ini.” Lalu<br />
Bodhidharma memberinya nama baru, Huike.<br />
Huike kemudian bertanya, “Dapatkah dijelaskan<br />
Corak Dharma [yang ditransmisikan] dari para<br />
Buddha?” Bodhidharma menjawab, “Corak Dharma<br />
dari para Buddha bukan diperoleh dari [penjelasan<br />
verbal] seseorang.” Tampaknya Huike mulai<br />
menyadari bahwa pembebasan sejati memang harus<br />
direalisasi dari dalam batin sendiri, maka melanjutkan<br />
pertanyaannya, “Batinku belum merasa tenang,<br />
mohon guru menenangkannya.” Bodhidharma tahu<br />
setelah mengatakan bahwa Dharma tidak diperoleh<br />
dari aspek eksternal, pastilah Huike kini sedang<br />
mencarinya ke dalam gejolak batinnya sendiri,<br />
kemudian menjawab, “Bawalah batinmu ke sini, aku<br />
akan menenangkannya.” Huike terdiam merenung,<br />
ia terus berkutat dengan gejolak batinnya yang<br />
terus meloncat dari satu tempat ke tempat lain,<br />
bahkan mungkin saat dalam keadaan diam sekali<br />
pun batin tidaklah memiliki intinya sendiri, tanpa<br />
aku, tanpa diri. Setelah menyadari bahwa tidak<br />
ada batin yang memiliki entitas yang berdiri<br />
sendiri, Huike lalu berkata, “Setelah mencarinya,<br />
batin itu tidak ditemukan.” Bodhidharma lalu<br />
berkata, “Kalau begitu, batinmu sudah ditenangkan<br />
olehku.” Demikianlah Huike pun menjadi murid<br />
Bodhidharma.<br />
Selama berada di Shaolin, Bodhidharma tidaklah<br />
memiliki banyak pengikut, dalam arti murid yang<br />
secara sungguh-sungguh mempraktikkan Dharma<br />
SINAR DHARMA