28.03.2015 Views

ojgb8og

ojgb8og

ojgb8og

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

FOKUS<br />

Pengacara Udar Pristono,<br />

Tonin Tachta Singarimbun<br />

HASAN/DETIKCOM<br />

dibeli Rp 100 juta.<br />

Setelah pembelian itu, kata dia, keesokan<br />

harinya dia menang tender proyek halte bus<br />

Transjakarta. “Itu kan orang terpaksa membeli,<br />

melebihi harga yang diperoleh,” kata Eddy.<br />

“Itulah yang dianggap sebagai gratifikasi.”<br />

Pembelian mobil itu hanya salah satu transaksi<br />

tidak wajar yang ditemukan penyidik<br />

setelah memeriksa rekening bank Udar dan<br />

keluarganya. Eddy mengatakan Kejaksaan menemukan<br />

hampir setiap hari ada setoran masuk<br />

ke dua rekening keluarga Udar. Besarnya Rp 20<br />

juta hingga Rp 30 juta dan disetor oleh bawahannya<br />

berinisial W di Dinas Perhubungan DKI.<br />

Setoran itu dimulai sejak Udar menjabat<br />

Kepala Dinas Perhubungan pada Juni 2010.<br />

Anehnya, kata Eddy, “Ketika dia sudah tidak<br />

menjabat, tidak ada lagi setoran.”<br />

Kejaksaan menilai jumlah setoran itu tak<br />

sesuai dengan profil Udar sebagai pegawai<br />

negeri. “Sekian tahun itu hampir berjumlah Rp<br />

4-5 miliar, miliaranlah pokoknya,” kata Eddy.<br />

Saat ini Kejaksaan juga tengah menyidik<br />

keterlibatan Udar dalam kasus pengadaan bus<br />

Transjakarta. Kasus itu menjadi pintu masuk<br />

jaksa buat mengusut aliran uang tak wajar ke<br />

rekening Udar yang diduga kuat dimanfaatkan<br />

mantan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta<br />

itu untuk membeli properti.<br />

Udar dalam laporan kekayaan ke Komisi<br />

Pemberantasan Korupsi pada 2012 menyatakan<br />

harta berupa tanah dan bangunan mencapai<br />

Rp 21 miliar dari total kekayaan Rp 26 miliar.<br />

Namun, dalam pemeriksaan oleh kejaksaan<br />

pada 2014, nilai properti Udar sudah naik jadi<br />

sekitar Rp 25 miliar.<br />

Nantinya Udar harus membuktikan keabsahan<br />

asal uangnya itu. “Kalau (Udar) tidak bisa<br />

membuktikan, patut diduga itu penghasilan<br />

yang tidak sah dan yang terkait dengan pekerjaan<br />

atau jabatan dia.”<br />

Soal penjualan Toyota Kijang itu, pengacara<br />

Udar, Tonin Tachta Singarimbun, membenarkan<br />

pembelinya memang pemilik perusahaan<br />

rekanan proyek Dinas Perhubungan. Namun<br />

ia berkeras transaksi itu wajar dan bukan suap.<br />

“Harganya memang Rp 100 jutaan. Kalau harga<br />

mobilnya Rp 1 miliar, baru itu namanya gratifikasi,”<br />

ujarnya.<br />

Penelisikan atas penjualan mobil itulah yang<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!