You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
FOKUS<br />
Tersangka kasus<br />
korupsi pengadaan bus<br />
Transjakarta Udar Pristono<br />
(kanan) menjalani sidang<br />
praperadilan di PN<br />
Jakarta Pusat, Jakarta,<br />
Senin (23/03/2015).<br />
Mantan Kepala Dinas<br />
Perhubungan DKI Jakarta<br />
itu mempraperadilankan<br />
Kejaksaan Agung atas<br />
tindakan penyitaan aset<br />
miliknya.<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
MANTAN Kepala Dinas Perhubungan<br />
DKI Jakarta Udar Pristono terus<br />
melakukan perlawanan terhadap<br />
Kejaksaan Agung berkaitan dengan<br />
penetapannya sebagai tersangka korupsi<br />
pengadaan bus Transjakarta, penahanannya,<br />
dan penyitaan aset-asetnya. Ia yakin tudingan<br />
korupsi terhadapnya salah alamat.<br />
Udar menyatakan Kejaksaan tidak memiliki<br />
bukti dalam menetapkan status tersangka<br />
kepada dirinya. Kekayaan yang dimiliki Udar<br />
berasal dari warisan.<br />
Menurut dia, dalam menjerat pejabat terkait<br />
kasus korupsi, seharusnya Kejaksaan mempertimbangkan<br />
asal-usul pejabat tersebut.<br />
“Saya dari kecil tinggal di Menteng. Bapak<br />
saya ajudan Jenderal Ahmad Yani, jadi tinggal<br />
di Menteng. Sekolah saya di SD Jalan Tegal<br />
situ. Apa itu korupsi?” ujar Udar saat ditemui<br />
majalah detik.<br />
Mengapa Udar mengajukan lima gugatan<br />
praperadilan? Mengapa ia menggugat Kejak-<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015