05.05.2015 Views

2004 Human Rights Report - Elsam

2004 Human Rights Report - Elsam

2004 Human Rights Report - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

adalah beberapa peraturan yang dibuat untuk<br />

melarang sebuah aktivitas tertentu ataupun<br />

ketentuan yang biasa digunakan untuk menjerat<br />

aktivitas politik misalnya undang-undang<br />

Subversi. Tercatat hanya dua undang-undang<br />

dan beberapa keppres yang mengatur tentang<br />

pencabutan regulasi yang bertentangan dengan<br />

HAM. Pencabutan pertama adalah pencabutan<br />

atas Undang-undang Nomor 5 Tahun 1985<br />

tentang Referendum dengan Undang-undang<br />

Nomor 6 Tahun 1999. Undang-undang tentang<br />

referendum ini dicabut karena dalam UUD 1945<br />

tidak ada ketentuan mengenai referendum dan<br />

telah ditentukan bahwa prosedur perubahan<br />

UUD telah ditentukan dalam UUD 1945. Di<br />

samping itu juga dijelaskan bahwa dengan<br />

dicabutnya TAP MPR Nomor IV/MPR/1983<br />

tentang Referendum maka undang-undang<br />

yang mengatur tentang referendum ini juga<br />

harus dicabut. 20 Peraturan lainnya bahkan<br />

masih melanggengkan aturan-aturan yang<br />

melanggar HAM, terutama jika menyangkut<br />

kasus-kasus yang berkaitan dengan anggota<br />

partai terlarang. Undang-undang Nomor 12<br />

Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum misalnya<br />

masih melarang adanya pihak-pihak yang<br />

terlibat dalam partai terlarang untuk<br />

mendapatkan haknya sebagaimana warga<br />

negara yang lainnya. Tetapi undang-undang di<br />

atas dalam satu pasalnya yang melanggar HAM<br />

dibatalkan oleh Mahkamah Konsitusi setelah<br />

ada judicial review atas pasal tersebut. 21 Selain<br />

itu, undang-undang penting masa rezim lama<br />

yang akhirnya dihapus adalah Undang-undang<br />

Nomor 11/PNPS/1963 tentang Pemberantasan<br />

Kegiatan Subversi. Undang-undang Nomor 11/<br />

PNPS/1963 yang selama ini sering digunakan<br />

untuk menjerat pihak-pihak yang dianggap<br />

berseberangan dengan pemerintah telah<br />

dihapuskan dengan Undang-undang Nomor 26<br />

Tahun 1999. Namun demikian pencabutan<br />

undang-undang ini kemudian dilanjutkan<br />

dengan undang-undang sejenis yang kembali<br />

menimbulkan protes dari banyak pihak. Akibat<br />

dari ini penundaan undang-undang sejenis ini<br />

menyebabkan Undang-undang Nomor 11/<br />

PNPS/1963 kembali digunakan oleh<br />

pemerintah sebagai pegangan. Penetapan Status<br />

Darurat Sipil di Maluku Juni 2000 dan Status<br />

Darurat Militer di Aceh Mei 2003, adalah bukti<br />

masih dipergunakannya Undang-undang<br />

Nomor11/PNPS/1963 di Indonesia. Terdapat<br />

satu undang-undang yang seharusnya bisa<br />

menjadi regulasi yang berfungsi untuk<br />

menghapus peraturan yang bertentangan<br />

dengan hak asasi manusia. Namun demikian,<br />

undang-undang belakangan justru<br />

meneguhkan peraturan yang melanggaran<br />

HAM. Undang-undang ini adalah Undangundang<br />

27 Tahun 1999 tentang Perubahan Kitab<br />

Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang<br />

Berkaitan Dengan Kejahatan Terhadap<br />

Keamanan Negara. Undang-undang ini masih<br />

mengatur tentang pelarangan penyebaran<br />

paham Marxisme dan Leninisme dan<br />

menambah beberapa hal yang termasuk<br />

kejahatan terhadap keamanan negara.<br />

Peraturan lainnya selama tahun 1999-<strong>2004</strong><br />

yang merupakan regulasi yang menghapuskan<br />

peraturan yang bertentangan dengan HAM<br />

diatur dalam beberapa keputusan presiden.<br />

Keppres-keppres ini pada umumnya mencabut<br />

berbagai pelarangan atas aktivitas-aktivitas<br />

tertentu. Keppres itu adalah Keppres Nomor 6<br />

Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi<br />

Presiden Nomor 14 Tahun 1967 Tentang Agama,<br />

Kepercayaan dan Adat Istiadat China, Keppres<br />

Nomor 39 Tahun 2000 tentang Pencabutan<br />

Keppres Nomor 16 Tahun 1990 Tentang<br />

Penelitian Khusus Bagi Pegawai Negeri RI,<br />

Keppres Nomor 69 Tahun 2000tentang<br />

Pencabutan Keppres Nomor 264 Tahun 1962<br />

tentang Larangan Adanya Organisasi Liga<br />

Demokrasi, Rotary Club, Divine Life Society,<br />

Vrijmetselaren-Loge (Loge Agung Indonesia),<br />

Moral Rearmament Movement, Ancient Mystical<br />

Organization of Rosi Crucians (AMORC) dan<br />

Organisasi Baha’i.<br />

c. Ratifikasi Hukum HAM Internasional<br />

Selama periode 1999 –<strong>2004</strong>, Indonesia telah<br />

meratifikasi salah satu konvensi penting yaitu<br />

Internasional Convention on the Elimination of<br />

All Forms of Racial Discrimination 1965<br />

(Konvensi International tentang Penghapusan<br />

Segala Bentuk Diskriminasi Rasial Tahun 1965).<br />

Konvensi ini disahkan dengan Undang-undang<br />

Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pengesahan<br />

internasional Convention on the Elimination of<br />

All Forms of Racial Discrimination 1965. Secara<br />

umum konvensi ini berisi tentang penolakan<br />

Tutup Buku dengan “Transitional Justice”?<br />

15

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!