2004 Human Rights Report - Elsam
2004 Human Rights Report - Elsam
2004 Human Rights Report - Elsam
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) aparat<br />
kepolisian.<br />
26 Agustus 2003, ribuan aparat gabungan<br />
dari Polres Jakarta Barat, Banpol, Trantib, serta<br />
Linmas melakukan penggusuran terhadap<br />
rakyat miskin. di Jembatan Besi, Pelbak,<br />
Tambora, Jakarta Barat. Penggusuran ini<br />
dilakukan karena kawasan tersebut dinyatakan<br />
kawasan pemukiman liar oleh Pemerintah Kota<br />
Jakarta Barat. Dilaporkan sekitar 10.000 jiwa<br />
kehilangan tempat tinggal dalam peristiwa<br />
tersebut. Sebagai catatan bahwa aksi<br />
penggusuran di Jakarta oleh Pemerintah<br />
Propinsi DKI Jakarta sudah berlangsung sejak<br />
2001.<br />
16 Oktober 2003, puluhan polisi atas<br />
perintah Pengadilan Negeri Makassar, menyusul<br />
putusan Mahkamah Agung yang menolak kasasi<br />
warga Karuwisi menggusur rumah-rumah<br />
rakyat miskin di Kelurahan Karuwisi,<br />
Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar.<br />
Sebanyak 20 rumah dihancurkan sehingga<br />
mengakibatkan kurang lebih 100 jiwa<br />
kehilangan tempat tinggal. Pihak Harmunis<br />
sendiri sebagai pihak yang dimenangkan oleh<br />
MA dan sejak lama mendapat dukungan dari PT<br />
Haji Kalla dilaporkan sudah mencoba mengusir<br />
penduduk dari wilayah tersebut sejak 1996.<br />
November 2001, di Banten, sebanyak 49 orang<br />
petani Desa Cibaliung Kecamatan<br />
Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, ditangkap<br />
dengan tuduhan melakukan penebangan dan<br />
pencurian kayu miliki milik Perhutani.<br />
Penangkapan ini seiring dengan terjadinya<br />
penyerbuan polisi ke desa tersebut sehari<br />
sebelumnya.<br />
Tahun 2000, Di Kendari, Sulawesi Tenggara;<br />
SK Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor 318<br />
Tahun 2000 yg isinya tentang Pembentukan Tim<br />
Penanggulangan Perambahan atau Gangguan<br />
kawasan TNRAW dan Kawasan Hutan<br />
sekitarnya, digunakan sebagai landasan<br />
tindakan pembongkaran dan penghancuran<br />
rumah-rumah masyarakat adat Tobu HukaEa-<br />
LaEa, serta upaya pengusiran (pemindahan<br />
paksa) mereka dari kampung mereka. 12 Akibat<br />
dari itu, ratusan penduduk kehilangan tempat<br />
tinggal.<br />
Juni 2000, kepolisian Barito Utara dan<br />
Brimob dengan dukungan dari pejabat<br />
Pemerintah daerah Tk II Barito Utara dan Pam<br />
swakarsa yang dibentuk oleh PT. IMK kembali<br />
memaksa penduduk Desa Tengkanong dan<br />
Permata Kecamatan Permata Intan, Kabupaten<br />
Barito Utara, Kalimantan Tengah untuk<br />
meninggalkan pemukiman mereka.<br />
Penggusuran tersebut dilakukan dengan caracara<br />
brutal, di mana warga dipaksa keluar<br />
dengan todongan senjata pasukan Brimob.<br />
Dalam peristiwa tersebut, 15 orang yang<br />
menolak mengosongkan areal tersebut<br />
kemudian ditangkap dan ditahan di Mapolres<br />
Barito Utara.<br />
Akibat dari peristiwa-peristiwa tersebut,<br />
sejumlah hak-hak penduduk lokal seperti hak<br />
atas perumahan dan pekerjaan menjadi hilang.<br />
Diperkirakan ratusan ribu orang kehilangan<br />
tempat tinggal dan pekerjaan akibat praktikpraktik<br />
penggusuran. Selain itu, hilangnya hak<br />
atas pekerjaan dan perumahan ini berimbas<br />
pada hilangnya hak atas kesehatan dan<br />
pendidikan bagi anak-anak mereka. Di samping<br />
pelanggaran atas hak-hak tersebut, ratusan orang<br />
kehilangan hak sipil dan politiknya karena<br />
praktik penggusuran selalu diwarnai dengan<br />
tindak kekerasan.<br />
PENGINGKARAN PEMERINTAH<br />
DAERAH ATAS KEJAHATAN HAK ASASI<br />
MANUSIA<br />
Kecenderungan saat ini, pemerintah propinsi<br />
dan pemerintah kabupaten/kota kerap<br />
mengingkari keterlibatan mereka dalam<br />
pelanggaran hak asasi manusia. Dengan<br />
menyatakan bahwa kekerasan dan kejahatan hak<br />
asasi manusia tidak benar – mereka kerap<br />
48 Bagian IV