05.05.2015 Views

2004 Human Rights Report - Elsam

2004 Human Rights Report - Elsam

2004 Human Rights Report - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

terhadap diskriminasi rasial, penghentian segala<br />

bentuk diskriminasi rasial yang dilakukan oleh<br />

pemerintah dan sebagian masyarakat,<br />

penghentian propaganda supremasi ras atau<br />

warna kulit tertentu dan langkah-langkah yang<br />

harus diambil oleh negara-negara dalam<br />

penghapusan diskriminasi rasial.<br />

Program ratifikasi berbagai instrumen<br />

internasional penting lainnya tampaknya belum<br />

berhasil dilaksanakan terutama untuk konvensi<br />

hak sipil politik dan konvensi hak ekonomi,<br />

sosial dan budaya. RAN-HAM periode 1998–<br />

2003 telah memprioritaskan beberapa<br />

instrumen yang akan diratifikasi yaitu Konvensi<br />

Internasional Hak-hak Sipil dan Politik<br />

(konvensi sipol) beserta protokolnya; Konvensi<br />

Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya<br />

(konvensi ekosob); dan juga Konvensi<br />

Penghentian Perdagangan Manusia pada tahun<br />

2002, sedangkan tahun 2003 adalah Konvensi<br />

Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan<br />

Genosida; Konvensi Perbudakan; dan Konvensi<br />

Internasional Perlindungan Semua Pekerja<br />

Migran dan Anggota Keluarganya.<br />

Implementasi dari program RAN-HAM<br />

tentang ratifikasi ini adalah terhadap konvensi<br />

hak sipil politik dan konvensi hak ekonomi<br />

sosial budaya akan dilakukan persiapan<br />

ratifikasi mulai tahun <strong>2004</strong> sesuai dengan RAN-<br />

HAM <strong>2004</strong>-2009. 22 Konvensi mengenai<br />

Penghentian Perdagangan Manusia, pemerintah<br />

mengeluarkan kebijakan mengenai trafficking<br />

dengan Keppres Nomor 88 tentang Rencana<br />

Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan (trafficking)<br />

Perempuan dan Anak.<br />

Konvensi Tentang Pencegahan dan<br />

Penghukuman Kejahatan Genosida sampai saat<br />

ini belum diratifikasi padahal sudah ada rencana<br />

untuk meratifikasi konvensi ini sejak tahun 2000<br />

dan pada perbaikan RAN-HAM periode 1998-<br />

2003 konvensi ini masih tetap menjadi prioritas.<br />

Terhadap Konvensi Perbudakan, Indonesia telah<br />

meratifikasi Konvensi Perbudakan ini dengan<br />

Undang-undang Nomor 19 Tahun 1999 tentang<br />

Pengesahan Konvensi International Labour Organization<br />

(ILO) Nomor 105 mengenai<br />

Penghapusan Kerja Paksa. Selain adanya<br />

ratifikasi Konvensi Anti Perbudakan, pada tahun<br />

2003 dikeluarkan produk perundang-undangan<br />

tentang ketenagakerjaan dengan Undangundang<br />

Nomor 13 Tahun 2003 tentang<br />

Ketenagakerjaan yang menjamin dilarangnya<br />

praktik perbudakan di Indonesia.<br />

Meski belum merativikasi konvensi<br />

internasional perlindungan semua perkerja<br />

migran dan anggota keluarganya sampai saat ini<br />

pemerintah belum melakukan ratifikasi tetapi<br />

pada tahun <strong>2004</strong> ini pemerintah telah<br />

mengeluarkan Undang-undang Nomor 39<br />

Tahun <strong>2004</strong> tentang Perlindungan Penempatan<br />

TKI di Luar Negeri/tentang Buruh Migran,<br />

namun undang-undang ini malah justru<br />

mengatur tentang tata organisasi penempatan<br />

buruh migran dan belum menyentuh aspekaspek<br />

perlindungan terhadap buruh migran.<br />

Selain berbagai macam konvensi yang<br />

diagendakan dalam RAN-HAM, pemerintah<br />

Indonesia juga telah melakukan pengesahan<br />

terhadap berbagai konvensi lainnya terutama<br />

adalah konvensi-konvensi dari ILO. Konvensikonvensi<br />

tersebut adalah Convention No. 138<br />

Concerning Minimum Age for Admission to Employment<br />

(Konvensi ILO mengenai Usia Minimum<br />

Untuk Diperbolehkan Bekerja), Convention<br />

No. 111 Concerning Discrimination in Respect<br />

of Employment and Occupation (Konvensi<br />

ILO Mengenai Diskriminasi dalam Pekerjaan<br />

dan Jabatan) dan Convention No. 182 Concerning<br />

The Prohibition and Immediate Action for The<br />

Elimination of The Worst Forms of Child Labour<br />

(Konvensi ILO No. 182 Mengenai Pelarangan<br />

dan Tindakan Segera Penghapusan Bentukbentuk<br />

Pekerjaan Terburuk Untuk Anak). 23<br />

3. Reformasi Institus TNI, Polri,<br />

Kejaksaan, dan Pengadilan<br />

Salah satu mandat dari agenda penegakan<br />

hak asasi manusia adalah reformasi institusi<br />

TNI, Polri, Kejaksaan dan Pengadilan.<br />

Masuknya agenda ini merupakan pengamatan<br />

mendalam atas keterlibatan institusi-insitusi ini<br />

dalam berbagai tindak pelanggaran hak asasi<br />

manusia karena telah terkooptasi oleh<br />

kekuasaan Soeharto. 24 Atas dasar itu juga agenda<br />

reformasi ini dimulai menjadi tiga tahap besar,<br />

yakni mencakup pembuatan regulasi untuk<br />

membenahi wewenang, tugas dan hirarki<br />

komando, pembenahan struktur organisasi<br />

termasuk di sini menertibkan unit usaha milik<br />

militer dan Polri, dan penguatan atau<br />

16 Bagian II

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!