05.05.2015 Views

2004 Human Rights Report - Elsam

2004 Human Rights Report - Elsam

2004 Human Rights Report - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

pemerintahan nasional hingga di level<br />

pemerintah desa akhirnya membuat kejahatan<br />

dalam kategori ini semakin menguat hingga ke<br />

seluruh sendi kehidupan masyarakat dan<br />

kemudian menjadi tindak kejahatan yang<br />

endemik. Pada akhirnya banyak perempuan di<br />

Indonesia yang berujar “Tidak ada satu tempat<br />

aman pun bagi kami di tanah Indonesia ini.”<br />

CATATAN:<br />

1<br />

Terjemahan Indonesianya adalah “kekerasan antara.”<br />

Kekerasan antara yang dimaksud di sini adalah bahwa<br />

kekerasan ini dilakukan untuk membuat para<br />

pemberontak berhenti melakukan aksi-aksi<br />

penyerangan kepada markas militer atau pasukanpasukan<br />

militer.<br />

2<br />

Lih, Widodo, Sri Wiyanti, “Pembakuan Peran dan<br />

Kebijakan-kebijakan di Indonesia,” Agustus 1998;<br />

Wilujeng Henry, SH., Habsjah, Attashendarti., Setya<br />

Wibawa, Dhevi., “Dampak Pembakuan Peran Jender<br />

Terhadap Kondisi Kerja Kaum Perempuan Kelas Bawah<br />

di DKI Jakarta”, Januari 2002<br />

3<br />

Inserta tentang Pemda NTB yang mencoba membuat<br />

perda tentang Pengiriman TKI ke luar negeri.<br />

4<br />

Regulasi nasional pembentukan Komnas Perempuan<br />

hanya memberikan mandat kepada Komisi dalam<br />

lingkup pendidikan, penelitian dan pelaporan rutin<br />

tentang situasi hak-hak perempuan di Indonesia.<br />

Belum ada upaya dari pemerintah dan parlemen untuk<br />

melakukan evaluasi atas regulasi tersebut.<br />

5<br />

Pada periode 1999-<strong>2004</strong> kewenangan penanganan<br />

persoalan-persoalan perempuan masih berada di<br />

bawah Komisi VIII yang membidangi bidang<br />

pertambang dan energi. Penempatan ini menunjukkan<br />

bahwa persoalan perempuan memang bukan menjadi<br />

agenda besar dari kerja DPR-RI 1999-<strong>2004</strong>.<br />

6<br />

Anggota Komnas HAM, Zoemrotin K Susilo<br />

menuturkan: ada pemeriksaan terhadap kaum<br />

perempuan yang diduga sebagai Inong Balee (tentara<br />

perempuan GAM). Pemeriksaan dilakukan aparat<br />

dengan cara yang tidak simpatik, karena pemeriksaan<br />

mengharuskan yang diperiksa untuk membuka bagian<br />

dada. Pasalnya, ada kecurigaan kalau di bagian dada<br />

terdapat tanda bulan bintang. “Ada kakak beradik yang<br />

mengalami seperti itu. Bahkan ketika ibunya memohon<br />

agar membuka, juga tidak dibolehkan,” ujarnya. Lih.,<br />

“Komnas HAM Sudah Cek Ulang Kekerasan Seksual di<br />

Aceh,” Sinar Harapan, 20 Juni 2003.<br />

7<br />

Lih., “Soal Perkosaan 100 Perempuan Aceh, Komnas<br />

Selidiki, Korps TNI Membantah,” Kompas, 2 September<br />

2003.<br />

8<br />

Kumpulan Dokumentasi, Tentang Kekerasan<br />

Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga di 13 Kota<br />

Besar di Indonesia Periode 2003-<strong>2004</strong>, milik Mitra<br />

Perempuan WCC, Institut Perempuan Bandung,<br />

Lentera Perempuan Purwokerto, SPEK-HAM Surakarta,<br />

WCC Jombang, KKTG Aceh, Cahaya Perempuan<br />

Bengkulu, Damar Lampung, WCC Palembang, YLBH-<br />

PIK Pontianak, Swara Parangpuan Manado, LBH-P2i<br />

Makasar, Rumah Perempuan Makasar.<br />

9<br />

Ibid.<br />

10<br />

Ibid.<br />

11<br />

Penuturan Pembela Hak-hak Perempuan dalam rapat<br />

konsultasi mitra EED di Bogor, 12-15 Desember <strong>2004</strong>.<br />

12<br />

Wawancara korban dengan voulenteer Suara Ibu<br />

Peduli di Jakarta, Pertengahan 2003.<br />

13<br />

Penuturan Perempuan dalam Acara Tutur<br />

Perempuan, di Jakarta, September <strong>2004</strong>.<br />

14<br />

Pangkoops Mayjen Bambang Darmono: “Tuduhan<br />

ketujuh LSM itu tidak benar.Laporan itu tidak benar, itu<br />

hanya isu murahan. Saya tidak suka kalau hanya<br />

mengumbar isu, berdasarkan data lewat SMS yang<br />

dikirim sekelompok orang”. Menurut ia, kejadian yang<br />

menimpa gadis bernama M (16) pada malam perayaan<br />

17 Agustus itu dilakukan lima pelaku yang kesemuanya<br />

adalah warga sipil. Lih., “Komnas Cari Saksi<br />

Perkosaan,” Media Indonesia, 2 September 2003.<br />

15<br />

Prajurit Kepala Seprianus Lau Webang 3 tahun 6<br />

bulan, sedangkan Husni Dwila divonis 3 tahun, dan<br />

Awaluddin divonis 2 tahun 6 bulan. Vonis kepada<br />

masing-masing terdakwa lebih rendah 6 bulan dari<br />

tuntutan oditur militer. Majelis Hakim juga<br />

memerintahkan ketiganya untuk tetap ditahan., lih.,<br />

“Anggota TNI Pemerkosa Wanita Aceh Dihukum<br />

Penjara dan Dipecat,” Kompas, 20 Juli 2003.<br />

16<br />

Pertengahan Juni, GAM dilaporkan telah menculik<br />

dua orang istri perwira militer dengan tuduhan kedua<br />

orang tersebut menjadi mata-mata RI. Kedua<br />

perempuan tersebut kemudian dipaksa untuk berjalan<br />

jauh masuk hutan dan tinggal berpindah-pindah<br />

berbulan-bulan dengan pembatasan atas kebutuhankebutuhan<br />

kewanitaan mereka.<br />

17<br />

Para pembela hak-hak perempuan dan hak asasi<br />

manusia di Aceh, Papua, Poso, Maluku, dan Sampit<br />

kerap diancam orang-orang tidak kenal ketika<br />

mencoba mengumumkan indikasi kuat kasus-kasus<br />

penyiksaan, tindakan kejam, perlakuan tidak<br />

manusiawi serta hukum kejam yang dialami oleh<br />

perempuan.<br />

18<br />

Para pejabat penegak hukum kerap mementahkan<br />

kesaksian korban dengan cara melontarkan komentarkomentar<br />

yang bisa membuat publik menjadi ragu<br />

dengan kesaksian korban. Seperti dalam kasus<br />

penyiksaan Yuliasih di Jakarta oleh majikannya,<br />

September 2003, Kepala Unit Kriminal Umum Polres<br />

Jakarta Timur Ajun Komisaris Soeharto, 15 September<br />

2003 mencoba mementahkan kesaksian korban<br />

dengan mengatakan: “ Itu semua baru dugaan, karena<br />

hasil visum belum kami terima.” Lih., “Lagi PRT<br />

Disiksa Majikannya,” Kompas, 16 September 2003<br />

19<br />

Lih., “Depnaker Pertanyakan Motif Penjemputan 19<br />

TKI oleh LSM,” Tempo Interaktif, 9 Oktober 2003:<br />

Melalui Dirjen Pembinaan dan Penempatan Tenaga<br />

Kerja Luar Negeri, pemerintah mempertanyakan motif<br />

penjemputan 19 orang TKI oleh organisasi pembela<br />

hak-hak perempuan dan hak asasi manusia. Dirjen<br />

Tutup Buku dengan “Transitional Justice”?<br />

61

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!