05.05.2015 Views

2004 Human Rights Report - Elsam

2004 Human Rights Report - Elsam

2004 Human Rights Report - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

merumuskan ulang tugas dan kewenangan<br />

kantor wilayah, dinas dan badan usaha daerah .<br />

Pelaksanaan Otda di beberapa daerah<br />

ditandai dengan produksi Perda tentang sistem<br />

organisasi pemerintah daerah, pengaturan<br />

pengelolaan situs-situs ekonomi lokal, termasuk<br />

di sini Perda pengambilalihan sejumlah situs<br />

yang dulu dikuasai oleh pemerintah pusat, dan<br />

Perda tentang penanaman modal asing/nasional<br />

di daerah. Sejalan dengan itu pemerintah daerah<br />

pun kemudian menggencarkan penggalian<br />

potensi-potensi kekayaan alam dan nonkekayaan<br />

alam yang dapat menambah<br />

Pendapatan Asli Daerah (PAD). Perda-perda<br />

tentang pajak dan retribusi pun kemudian<br />

membanjiri seluruh propinsi dan kabupaten di<br />

Indonesia. Belakangan perda-perda ini justru<br />

membuat ekonomi tinggi di hampir seluruh<br />

daerah. 1<br />

Selanjutnya, penerapan Otda juga ditandai<br />

dengan pemekaran atas puluhan wilayah di<br />

berbagai tempat, bahkan sejumlah propinsi<br />

turut pula memekarkan diri dengan alasan<br />

wilayahnya terlalu luas yang akan berdampak<br />

pada kegagalan dalam pemerataan<br />

pembangunan. 2 Lebih dari tiga propinsi di Indonesia<br />

yang membelah menjadi dua propinsi<br />

sebagai bagian dari proses penerapan Otda.<br />

Sementara, hampir seluruh propinsi kemudian<br />

memekarkan daerah kabupaten dan kota di<br />

wilayahnya untuk menyongsong penerapan<br />

Otda Mei 2001. Belakangan diketahui<br />

pemekaran ini hanya strategi untuk mensiasati<br />

kecilnya Dana Alokasi Umum (DAU) dari<br />

pemerintah pusat. 3 Pemekaran ini pun<br />

kemudian juga diteruskan reorganisasi atas<br />

institusi-institusi pemerintah daerah di tingkat<br />

Propinsi dan Kabupaten/Kota, termasuk juga<br />

jajaran kantor wilayah, dinas-dinas pelaksana<br />

teknis yang dulu berada di bawah kendali<br />

pemerintah pusat. Langkah-langkah<br />

reorganisasi tersebut antara lain: menyusun<br />

garis hirarki dan koordinasi antara instansi<br />

daerah dan merumuskan ulang tugas dan<br />

kewenangan dari masing-masing instansi.<br />

Seiring dengan proses pelaksanan Otda<br />

tersebut, berbagai ketegangan politik dan sosial<br />

pun terjadi di daerah. Bermula dari ketegangan<br />

antara pemerintah daerah dengan Jakarta<br />

menyangkut komposisi perimbangan keuangan<br />

antara pemerintah pusat dan daerah kemudian<br />

meluas menjadi ketegangan antar elit daerah<br />

berkaitan dengan perebutan jabatan-jabatan<br />

strategis di daerah. Ketegangan-ketegangan ini<br />

tak jarang berujung pada lahirnya kekerasan<br />

massal. Isu etnis, agama, atau ras kemudian naik<br />

kepermukaan sebagai cerminan pertarungan<br />

politik antar elit daerah. Konflik di Maluku,<br />

Poso, dan Sampit semakin membesar ketika<br />

otonomi daerah diterapkan karena kelompok<br />

Tutup Buku dengan “Transitional Justice”?<br />

43

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!