05.05.2015 Views

2004 Human Rights Report - Elsam

2004 Human Rights Report - Elsam

2004 Human Rights Report - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kasus Penyiksaan Ace oleh Suaminya di<br />

Pontianak, September 2003<br />

Ace sudah berkeluarga dengan AS selama 6<br />

tahun. Selama enam tahun itu, ia yang<br />

memenuhi kebutuhan keluarga karena<br />

suaminya menganggur. Pada suatu saat,<br />

Ace pulang terlambat dari tempat kerjanya<br />

karena satu hal. Keterlambatan Ace itu<br />

membuat AS marah dan kemudian<br />

menyiksa Ace dengan cara ditampar,<br />

dipukul, ditendang, dipukul dengan botol,<br />

dan dicambuk. Akibat kejadian tersebut, Ace<br />

mengalami luka berat di sekujur tubuhnya.<br />

Belakangan diketahui bahwa tindakan AS<br />

tersebut bukanlah yang pertama akan tetapi<br />

sudah berlangsung selama enam tahun.<br />

Korban mengaku selama enam tahun<br />

tersebut sudah 31 kali ia disiksa suaminya.<br />

praktik kejahatan kategori ini oleh para suami<br />

meningkat pesat. Tindakan ini ditujukan oleh<br />

para suami sebagai bagian dari hukuman atas<br />

kesalahan, ketidaksukaan sikap atau pernyataan<br />

yang dilontarkan oleh istri atau anak<br />

perempuannya. Selain itu, tindakan ini juga<br />

dilakukan sebagai bagian dari cara suami<br />

mencapai kenikmatan dalam hubungan seks.<br />

Mempelajari laporan dari para korban ini<br />

didapatkan pola kekerasan dalam kejahatan ini<br />

meliputi; memukul dengan benda-benda keras<br />

atau alat pemukul, menendang, menempeleng<br />

bagian kepala, membentur-benturkan kepala ke<br />

dinding, menyundut rokok, menyayat dengan silet<br />

atau benda tajam, disiram dengan air panas atau<br />

dingin, memaksa hubungan seks melalui anus<br />

dan atau memasukkan benda-benda keras ke<br />

dalam vagina serta pembatasan atau pelarangan<br />

untuk berhubungan dengan pihak di luar rumah,<br />

mengunci istri dalam kamar. Seorang pembela<br />

hak-hak perempuan di Bali mengungkapkan<br />

tentang adanya laporan perlakuan penyiksaan<br />

oleh seorang suami kepada istrinya dalam<br />

bentuk menyundut pantat istri dengan rokok<br />

ketika berhubungan seks. 11 Di Cilandak-Jakarta,<br />

seorang perempuan dipukul, ditendang dan<br />

dibentur-benturkan kepalanya ketembok secara<br />

terus menerus jika menolak untuk<br />

berhubungan seks. 12 Seorang Ibu di Jakarta<br />

menerima tekanan psikologis yang luar biasa<br />

akibat suaminya terus menyalahkan dirinya<br />

seperti seorang penjahat karena ia dianggap<br />

tidak becus mengurus anak sehingga anak<br />

mereka terjerat persoalan narkoba. 13<br />

Praktik-praktik kejahatan ini jarang sekali<br />

terungkap karena masih dianggap sebagai<br />

wilayah domestik. Selain itu juga perlu dicatat<br />

bahwa sistem pemerintahan terendah yakni<br />

pemerintah desa juga sangat jarang terlibat<br />

untuk menindaklanjuti laporan-laporan<br />

adanya indikasi kejahatan penyiksaan dalam<br />

keluarga.<br />

PENGINGKARAN NEGARA ATAS<br />

KEJAHATAN PENYIKSAAN,<br />

PERLAKUAN TIDAK MANUSIAWI,<br />

MERENDAHKAN MARTABAT DAN<br />

HUKUMAN KEJAM TERHADAP<br />

PEREMPUAN<br />

Dalam tindak penyiksaan dan perlakuan<br />

kejam, merendahkan martabat dan tidak<br />

manusiawi, sikap pemerintah Indonesia masih<br />

bungkam. Mereka justru menutup-nutupi dan<br />

cenderung memblok informasi-informasi<br />

berkaitan dengan tindak kejahatan seperti ini,<br />

terutama informasi-informasi tentang tindak<br />

penyiksaan, perlakuan kejam dan tindak<br />

manusiawi di wilayah konflik yang<br />

menggunakan metode perkosaan. Laporan<br />

sejumlah Ornop tentang adanya kasus-kasus<br />

perkosaan disangkal oleh penguasa militer di<br />

Aceh dengan alasan informasi tersebut tidak<br />

valid. 14 Meski dalam kasus di Aceh Utara,<br />

pemerintah dalam hal ini TNI menggelar<br />

penyelidikan dan pengadilan atas dugaan kasus<br />

perkosaan dan serangan seksual dalam rangka<br />

mendapatkan informasi tentang keberadaan<br />

kelompok pemberontak, namun upaya-upaya<br />

ini dianggap jauh dari keadilan korban. Para<br />

pelaku tidak dijerat dengan hukum hak asasi<br />

manusia nasional melainkan dengan<br />

menggunakan hukum militer yang hingga saat<br />

ini belum mengadopsi hukum hak asasi<br />

manusia nasional dan internasional. 15 Tak heran<br />

jika kemudian hukuman yang ditimpakannya<br />

pun sangat ringan karena hukum militer sangat<br />

lemah untuk bisa menjerat para pelaku<br />

kejahatan dalam kategori ini. Sejumlah pekerja<br />

hak asasi manusia dan pembela hak-hak<br />

perempuan bahkan menilai bahwa upaya<br />

penyelidikan ini merupakan bagian dari cara<br />

pemerintah meredam protes dunia<br />

Tutup Buku dengan “Transitional Justice”?<br />

59

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!