2004 Human Rights Report - Elsam
2004 Human Rights Report - Elsam
2004 Human Rights Report - Elsam
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
pedagang kakilima di Kantor Walikota Jakarta<br />
Pusat yang meminta pengembalian barang<br />
dagangan mereka yang digaruk Satpol PP dalam<br />
aksi penertiban sebelumnya. 10 Di Purwokerto,<br />
Satpol PP dilibatkan dalam pengamanan<br />
demonstrasi mahasiswa dan pedagang Pasar<br />
Wage. Dalam peristiwa tersebut polisi dan Satpol<br />
PP membubarkan demonstrasi dengan brutal 11 .<br />
PERISTIWA-PERISTIWA PENGUSIRAN<br />
PAKSA PERIODE 1999-<strong>2004</strong><br />
Besarnya produksi regulasi daerah mengenai<br />
pemacuan ekonomi dan pembangunan daerah<br />
serta pembenaran pembentukan satuan-satuan<br />
semi-militer oleh Pemerintah daerah<br />
selanjutnya menjadi penyebab praktik-praktik<br />
pengusiran paksa penduduk asli, petani,<br />
nelayan, dan komunitas urban di seluruh<br />
propinsi. Praktik-praktik pengusiran ini pun<br />
jarang memperhatikan norma-norma hukum<br />
hak asasi manusia nasional dan internasional.<br />
Hal ini semakin diperparah dengan tindakan<br />
brutal dan tidak manusiawi yang ditunjukkan<br />
oleh Satpol PP yang dibantu oleh Polri, TNI<br />
maupun kelompok-kelompok pengaman<br />
swasta.<br />
Dalam lima tahun terakhir, setidaknya lebih<br />
dari 100 kasus pengusiran paksa yang disertai<br />
dengan tindakan brutal terjadi di sejumlah<br />
propinsi dengan latar belakang yang berbedabeda,<br />
seperti penertiban kawasan hutang<br />
lindung, areal pemukiman kumuh dan<br />
kawasan perdagangan liar, serta penertiban<br />
sejumlah angkutan umum yang dianggap<br />
sebagai penyebab terjadinya kemacetan lalu<br />
lintas, maupun dalam rangka pemberian<br />
sumber-sumber ekonomi daerah kepada<br />
pihak swasta. Institusi-institusi dominan yang<br />
terlibat dalam peristiwa-peristiwa ini selain<br />
masih melibatkan Polisi dan TNI, Satpol PP,<br />
Polisi Khusus Kehutanan atau Jagawana,<br />
Banpol dan satuan-satuan pengaman swasta.<br />
Berikut ini adalah ilustrasi sejumlah kasuskasus<br />
pengusiran paksa besar di berbagai<br />
daerah sepanjang 1999-<strong>2004</strong>.<br />
22 November <strong>2004</strong>, polisi membubarkan<br />
aksi unjuk rasa menolak uji coba<br />
pengoperasian TPST Bojong oleh penduduk<br />
Bojonggede secara paksa. Dalam peristiwa<br />
tersebut, 5 orang mengalami luka akibat<br />
tembakan polisi yang bertugas mengamankan<br />
TPST. Setelah bentrokan, polisi menyisir<br />
rumah-rumah dan menangkap 35 warga<br />
Bojong. Selain itu, dilaporkan pula 133 orang<br />
penduduk bojong hilang dalam peristiwa<br />
tersebut.<br />
Mei 2003 di Kecamatan Reok, Kabupaten<br />
Manggarai, aparat Kepolisian Manggarai<br />
dibantu oleh Brimob Polda NTT, Polsek Reok,<br />
dan Koramil Reok memaksa penduduk asli<br />
Gendang Mahima mengosongan lahan di<br />
kawasan Tanah Erpacht. Dalam aksi tersebut<br />
polisi dan militer melakukan pembakaran dua<br />
buah rumah dan tanaman miliki penduduk.<br />
Dalam peristiwa tersebut, Polisi juga dilaporkan<br />
menganiaya puluhan penduduk asli dan<br />
menangkap 73 orang penduduk asli Gendang<br />
Mahima, 56 laki-laki dan 16 perempuan,<br />
termasuk 1 orang ibu dengan bayinya yang<br />
sedang menyusui. Selanjutnya, penduduk asli<br />
yang ditangkap dipenjarakan di Rutan Kelas IIB<br />
Langgo Ruteng dengan tuduhan penjarahan.<br />
21 Juli 2003 aparat Polres Bulukumba dan<br />
didukung oleh personil Polda Sulawesi Selatan,<br />
Brimob Polwil Bone, Polres Sinjai, dan Polres<br />
Bantaeng melakukan penyerangan terhadap<br />
petani penduduk asli Kajang dan aktivis di<br />
wilayah Kabupaten Bulukumba Sulawesi<br />
Selatan. Dilaporkan 2 orang tewas dalam<br />
peristiwa tersebut sebanyak 28 orang ditangkap,<br />
serta 24 orang aktivis dan petani dimasukan<br />
Tutup Buku dengan “Transitional Justice”?<br />
47