Penggunaan Analisis Ekonomi dalam Mendeteksi KartelBerdasarkan Hukum Persaingan Usahasangat sulit untuk menemukan petunjuk atas tindakan kartel. Dalam hal ini,adalah suatu keharusan dalam mendeteksi kartel, bahwa seseorang harusmengetahui tindakan apa yang akan dicari dan bersikap hati-hati dalammenentukan perilaku mana yang dianggap ilegal. Sikap dan tindakan inilahyang seharusnya dimiliki dan dilakukan oleh otoritas persaingan.Hal tersebut di atas selain dipahami oleh otoritas persaingan, juga dimengertioleh pelaku usaha, konsumen, dan stakeholders lain yang berpartisipasi dalamtransaksi ekonomi. Secara umum, ketentuan ini sangat berguna sebagai informasiterhadap otoritas persaingan dalam proses mendeteksi, sehingga pihak-pihakterkait dapat menggugat atau paling tidak “meniupkan peluit” (blow a whistle)tentang tindakan yang dicurigai sebagai kartel. Hal yang paling penting untukdipahami adalah bahwa pada hakekatnya kartel berdampak negatif terhadapkesejahteraan konsumen, sehingga yang terpenting adalah jika kartel dapatdideteksi dan digugat. Di samping itu, setiap orang dapat melaporkan, atau“meniupkan peluit” atas adanya tindakan kartel terhadap otoritas persaingan.Apabila tidak terdapat pemahaman dan pengetahuan dalam mendeteksi kartel,juga tidak terdapat edukasi dan cara penanganan perkara yang tepat (secarainternal), serta tidak terdapat advokasi yang mencukupi terhadap stakeholders(secara eksternal), maka tidak akan tercipta suatu awareness atas tindakankartel. Bahkan, tindakan seperti penetapan harga atau pembagian pasarakan menjadi praktik yang biasa dilakukan, yang pada akhirnya menjadidilegitimasikan. Jika hal ini terjadi, akan memakan banyak waktu untukmengubah perilaku umum (yang dilegitimasi) atas kartel ilegal.Guna mencapai efektifitas awareness atas kartel, otoritas persaingan dapatmelakukan langkah-langkah berikut:1. Mempublikasikan putusan-putusan (baik dalam website maupun majalah)dan informasi yang relevan dengan kartel, mencakup pula press releases;2. Membujuk warganegara, pelaku usaha pesaing, dan konsumen untukmelaporkan tindakan yang dicurigai kartel kepada otoritas persaingan;3. Berpartisipasi (sebagai pembicara) dalam konferensi dan seminar yangdiorganisasikan oleh industri dan sektor tertentu guna mempresentasikantugas otoritas persaingan;4. Melakukan pertemuan berkala dengan media.Biasanya tindakan kartel dilakukan secara tertutup dan bersifat rahasia,sehingga deteksi terhadap kartel bukanlah pekerjaan yang mudah. Dalamhal ini, terdapat beberapa metode untuk mendeteksi penemuan atas tindakankartel. Namun tampaknya tergantung juga dari pengalaman masing-masingnegara, dimana terdapat tidak hanya satu pendekatan yang dapat digunakanuntuk menangani kartel dengan kondisi yang variatif. Artinya, bahwa otoritaspersaingan dapat menggunakan berbagai cara yang efektif dalam melakukaninvestigasi untuk mendeteksi kartel, yang tidak hanya tergantung pada satumetode pendekatan saja.34 Jurnal Persaingan USaha
DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, MHBeberapa pendekatan dapat bersifat saling melengkapi satu sama lain, danefektivitas dari pendekatan adalah tergantung dari lebih-kurangnya kredibilitasdan komitmen otoritas persaingan dalam penggunaan metode tersebut.Secara umum, otoritas persaingan menggunakan kombinasi teknik dan alat(instrument) untuk mengatur strategi yang tinggi untuk mendeteksi kartel.Sebaiknya, strategi ini dimuat dalam aturan hukum yang mendasari kegiatanpengawasan oleh otoritas persaingan di masing-masing negara.Penting untuk diperhatikan, bahwa ruang lingkup tugas dan fungsi otoritaspersaingan akan mengalami perubahan yang sangat dinamis mengikutiperkembangan dinamika ekonomi dan dunia usaha. Oleh karena itu, pelakuusaha perlu mengantisipasi perkembangan teknik yang digunakan otoritaspersaingan untuk mendeteksi kartel. Dengan kata lain, strategi yang digunakanotoritas persaingan dalam mendeteksi kartel harus senantiasa dikembangkan,dengan cara mengubah kebijakan penegakan dengan menyesuaikan perubahandan perkembangan di dunia usaha.Secara umum, terdapat dua metode pendekatan untuk mendeteksi kartel,yakni Metode Reaktif dan Metode Proaktif. Metode Reaktif adalah metodeyang didasarkan pada beberapa kondisi eksternal yang terjadi sebelumotoritas persaingan menyadari beberapa kemungkinan atas issue kartel danmemulai suatu investigasi. Dalam hal terdapat kartel yang dilakukan secaratersembunyi, maka sangat efektif jika menggunakan informasi orang dalam(inside information) untuk mendeteksi kartel. Informasi orang dalam dapatberasal dari perusahaan (pelaku kartel) atau para individu yang mengetahuikartel tersebut, kemudian melaporkannya kepada otoritas persaingan.Metode lainnya adalah Metode pendekatan Proaktif, yakni metode pendekatanyang diinisiasi oleh otoritas persaingan untuk mendeteksi kartel, dan tidakberkaitan dengan peristiwa eksternal. Adapun bentuk penggunaan MetodeProaktif adalah analisis/studi tentang ekonomi atau analisis/studi tentangpasar, penelusuran melalui media, monitoring kegiatan industri atau sektortertentu, serta pertukaran pengalaman maupun best practices dari otoritaspersaingan lainnya.Terdapat berbagai alasan otoritas persaingan dalam menggunakan MetodeProaktif. Alasan yang paling penting adalah bahwa kedudukan dan fungsiotoritas persaingan yang independen, tidak tergantung pada kondisi atauperistiwa eksternal, melainkan sangat mengatur dan terlibat dalam prosesdeteksi. Bahkan dalam hal otoritas persaingan kekurangan atau bahkankehilangan informasi (inside information), yang berkaitan dengan kartel,maka deteksi atas kartel masih tetap dapat dilanjutkan. Metode Proaktif dapatmenjadi pelengkap dari metode Reaktif, seperti misalnya mendorong parapihak baik secara individual maupun perusahaan untuk bertindak sebagaiwhistle blower atau bahkan untuk menerapkan leniency.Edisi 4 - Tahun 201035
- Page 3 and 4: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHAREP
- Page 5 and 6: Daftar isi131531496589107121Editori
- Page 7 and 8: Jurnal Komisi Edisi 4 kali ini meng
- Page 9 and 10: Edisi 4 - Tahun 20101
- Page 11 and 12: DR. Sukarmi, SH, MHSebagaimana tela
- Page 13 and 14: DR. Sukarmi, SH, MH1. Program pengu
- Page 15 and 16: DR. Sukarmi, SH, MHmekanisme pasar
- Page 17 and 18: DR. Sukarmi, SH, MHse illegal tidak
- Page 19 and 20: DR. Sukarmi, SH, MHHukum persaingan
- Page 21 and 22: Edisi 4 - Tahun 201013
- Page 23 and 24: DR. Sukarmi, SH, MHharmonis antara
- Page 25 and 26: DR. Sukarmi, SH, MHBab IITINJAUAN T
- Page 27 and 28: DR. Sukarmi, SH, MHB. METODE PENULI
- Page 29 and 30: DR. Sukarmi, SH, MH(state auxiliary
- Page 31 and 32: DR. Sukarmi, SH, MHadanya pemidanan
- Page 33 and 34: DR. Sukarmi, SH, MHmenggunakan land
- Page 35 and 36: DR. Sukarmi, SH, MHBab IVPENUTUPA.
- Page 37 and 38: Edisi 4 - Tahun 201029
- Page 39 and 40: DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, M
- Page 41: DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, M
- Page 45 and 46: DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, M
- Page 47 and 48: DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, M
- Page 49 and 50: DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, M
- Page 51 and 52: DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, M
- Page 53 and 54: DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, M
- Page 55 and 56: Edisi 4 - Tahun 201047
- Page 57 and 58: Benny Pasaribu, PhD. (Ekon)dan seba
- Page 59 and 60: Benny Pasaribu, PhD. (Ekon)terhadap
- Page 61 and 62: Benny Pasaribu, PhD. (Ekon)perekono
- Page 63 and 64: Benny Pasaribu, PhD. (Ekon)Regulasi
- Page 65 and 66: Benny Pasaribu, PhD. (Ekon)penyalah
- Page 67 and 68: Benny Pasaribu, PhD. (Ekon)seperti
- Page 69 and 70: Benny Pasaribu, PhD. (Ekon)DAFTAR P
- Page 71 and 72: Edisi 4 - Tahun 201063
- Page 73 and 74: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMt
- Page 75 and 76: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMB
- Page 77 and 78: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMa
- Page 79 and 80: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MM3
- Page 81 and 82: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MM3
- Page 83 and 84: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMp
- Page 85 and 86: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMk
- Page 87 and 88: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MM3
- Page 89 and 90: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMg
- Page 91 and 92: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMp
- Page 93 and 94:
Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMp
- Page 95 and 96:
Edisi 4 - Tahun 201087
- Page 97 and 98:
DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 99 and 100:
DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 101 and 102:
DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 103 and 104:
DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 105 and 106:
DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 107 and 108:
DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 109 and 110:
DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 111 and 112:
DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 113 and 114:
Edisi 4 - Tahun 2010105
- Page 115 and 116:
Ir. H. Tadjuddin NoersaidPada suatu
- Page 117 and 118:
Ir. H. Tadjuddin NoersaidB. TUJUAN
- Page 119 and 120:
Ir. H. Tadjuddin NoersaidBadan PBB
- Page 121 and 122:
Ir. H. Tadjuddin Noersaidjuga berar
- Page 123 and 124:
Ir. H. Tadjuddin Noersaiddapat meng
- Page 125 and 126:
Ir. H. Tadjuddin NoersaidBab IVPENU
- Page 127 and 128:
Edisi 4 - Tahun 2010119
- Page 129 and 130:
Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M
- Page 131 and 132:
Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M
- Page 133 and 134:
Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M
- Page 135 and 136:
Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M
- Page 137 and 138:
Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M
- Page 139 and 140:
Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M
- Page 141 and 142:
Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M
- Page 143 and 144:
Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M