Regulasi dan Persaingan Sehat dalam Sistem Ekonomi IndonesiaSemua pelaku usaha —BUMN, koperasi, dan swasta— baik berskala kecil,menengah, maupun besar harus dapat hidup dan tumbuh bersama denganprinsip saling memperkuat dan saling menghidupkan. Masing-masingmemiliki keunggulan dan level playing field yang patut ditopang dengankebijakan negara berupa penyediaan kesempatan (opportunity), aksesibilitas(accessibility), dan perlakuan (treatment) usaha yang sama. Masing-masingpelaku usaha memiliki keunggulan dan juga kelemahan, sehingga prinsip salingmemperkuat dan menghidupkan harus ditegakkan guna mencapai tingkatkesejahteraan rakyat yang maksimum.Selain itu pasal 33 UUD 1945 juga menyatakan adanya kewenangan yangdimiliki oleh negara untuk menguasai bidang ekonomi tertentu. Ada 3 (tiga)bidang ekonomi secara khusus dipilih untuk “dikuasai oleh negara”, yaitu:1) cabang-cabang produksi yang penting bagi negara; 2) menyangkut hajathidup orang banyak; dan 3) bumi (maksudnya ‘tanah’), air, dan kekayaan yangterkandung di dalamnya. Di luar bidang ini memang tidak eksplisit dinyatakanharus dikuasai negara. Tetapi sampai saat ini kita belum memiliki guidenceatau peraturan perundang-undangan yang menjelaskan arti, makna, danbentuk implementasi dari kata dikuasai dan bidang-bidang tertentu dimaksud.Sehingga wajar ketika berbagai interpretasi bermunculan.Pertama, kata ‘dikuasai’ dapat mengandung arti ‘dimiliki’ atau ’dikelola’atau ’diatur’, atau lain sebagainya. Menurut saya, penafsiran seperti ini tidaksalah. Tetapi Founding Fathers telah berfikir jauh ke depan dengan cita-citamencapai masyarakat adil dan makmur dengan prinsip ekonomi kerakyatandan kebersamaan. Artinya, bidang ekonomi tertentu tidak boleh diserahkanke pasar bebas dan tidak boleh dikuasai sepenuhnya oleh orang per orang/privat atau pemilik modal, termasuk oleh korporasi. Yang pasti, para pendiribangsa telah bersepakat menetapkan perlunya hambatan masuk (barriers toentry) bagi perusahaan privat atau kaum kapitalis ke bidang ekonomi tertentusesuai UUD 1945.Kedua, bidang-bidang tertentu yang dimaksud juga mengandung berbagaipenafsiran. Aktivitas ekonomi apa yang dapat termasuk dalam kategori cabangcabangproduksi a) yang ‘penting’ bagi negara, b) yang menyangkut ‘hajathidup orang banyak’, dan yang termasuk dalam c) ’bumi, air, dan segala yangterkandung di dalamnya’. Menurut hemat saya, berbagai penafsiran tersebutbiarlah berkembang dan tetap berbeda. Tetapi satu hal yang perlu disepakatiadalah bahwa ada tiga bidang ekonomi yang memang sangat tepat dan patut’dikuasai’ oleh negara.Mengapa? Karena bidang ekonomi tersebut sangat penting bagi pertahanandan keamanan, bagi pemenuhan kebutuhan pokok dan penghidupan rakyatbanyak atau Sumber Daya Manusia (SDM), dan bagi pemenuhan energi sertaperlindungan terhadap Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan Hidup(LH). Sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), parapemimpin bangsa telah memahami betapa pentingnya campur tangan negara50 Jurnal Persaingan USaha
Benny Pasaribu, PhD. (Ekon)terhadap aktivitas/cabang ekonomi tersebut sehingga tidak boleh diserahkansepenuhnya ke pasar bebas dan ke tangan para pemilik modal.Apalagi dengan kemajuan teknologi dewasa ini, penjajahan terhadap suatu negaratidak lagi dengan kekuatan persenjataan saja, tetapi juga melalui berbagai bentuk,seperti penguasaan terhadap bidang-bidang ekonomi strategis, seperti industripersenjataan, pangan, energi, telematika, dan sebagainya. Apabila suatu bangsasangat tergantung pada bangsa asing menyangkut hajat hidup rakyat banyak(SDM) dan SDA-LH, maka bangsa tersebut pasti tidak akan pernah berdaulat,mandiri, adil dan makmur. Kemerdekaan menjadi sepi tanpa makna.Sekali lagi ditegaskan di sini bahwa Sistem Ekonomi Indonesia seharusnyaberwajah kemanusiaan, kerakyatan dan kekeluargaan, serta mengutamakankemakmuran bersama secara berkeadilan. Artinya, memang tidak salah jikapembangunan ekonomi diarahkan untuk mengejar stabilitas makroekonomi danpertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tetapi itu saja tidak cukup. Semua itu harusdibarengi dengan peran serta masyarakat dari awal proses hingga menikmatihasil-hasil pembangunan secara adil. Oleh karenanya, kita juga harus membangunproduktifitas masyarakat, mengembangkan mekanisme distributif yang lebihefisien dan adil, dan meningkatkan pendapatan bagi rakyat banyak.Musuh kita yang utama adalah kemiskinan dan pengangguran. Salah besar jikainstrumen yang dimiki negara digunakan atas biaya APBN justru menambahkemiskinan dan pengangguran. Jadi Sistem Ekonomi Indonesia memang harusberwajah kemanusiaan, kerakyatan, dan kebersamaan serta ditujukan untukmeningkatkan kesejahteraan bersama. Itulah sebabnya, pelaku usaha —BUMN,koperasi, dan swasta— tidak boleh secara bebas menetapkan harga secara tidakwajar, tingkat produksi/ pasokan yang mengakibatkan kelangkaan barang/jasa,dan kualitas produk dan pelayanan yang keseluruhan merugikan masyarakat.Sebagai negara kepulauan dengan infrastruktur dan sarana transportasi sangatterbatas, Indonesia harus mampu membuat jaringan produksi dan mekanismedistribusi yang dapat memastikan ketersediaan barang dan jasa hingga keseluruh wilayah dan pedesaan sesuai daya jangkau masyarakat setempat. Itulahsebabnya, Sistem Ekonomi Indonesia memang harus dibangun dari dalamnegeri sesuai letak geografis, budaya, dan taraf hidup masyarakat. Sehinggakombinasi peran antara negara dan pasar harus mampu menyelesaikanpersoalan domestik tanpa harus terisolasi dari dunia Internasional.Pada tataran kebijakan ekonomi, khususnya dalam kaitannya denganinstrumen regulasi dan persaingan sehat, maka sudah barang tentu tidak akanbisa sama penerapannya di Indonesia dengan di AS atau Eropa. Misalnya, diIndonesia bisa terjadi monopoli oleh negara atau swasta dengan harga lebihtinggi dari harga pasar Internasional, sedangkan di AS atau Eropa dilarang.Kenapa? Karena Harga Pokok Penjualan (HPP) per unit output hingga kedaerah perbatasan atau tertinggal jauh lebih tinggi, ceteris paribus, daripadaHPP Internasional. Seringkali, margin HPP tersebut harus ditanggung bersamaEdisi 4 - Tahun 201051
- Page 3 and 4:
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHAREP
- Page 5 and 6:
Daftar isi131531496589107121Editori
- Page 7 and 8: Jurnal Komisi Edisi 4 kali ini meng
- Page 9 and 10: Edisi 4 - Tahun 20101
- Page 11 and 12: DR. Sukarmi, SH, MHSebagaimana tela
- Page 13 and 14: DR. Sukarmi, SH, MH1. Program pengu
- Page 15 and 16: DR. Sukarmi, SH, MHmekanisme pasar
- Page 17 and 18: DR. Sukarmi, SH, MHse illegal tidak
- Page 19 and 20: DR. Sukarmi, SH, MHHukum persaingan
- Page 21 and 22: Edisi 4 - Tahun 201013
- Page 23 and 24: DR. Sukarmi, SH, MHharmonis antara
- Page 25 and 26: DR. Sukarmi, SH, MHBab IITINJAUAN T
- Page 27 and 28: DR. Sukarmi, SH, MHB. METODE PENULI
- Page 29 and 30: DR. Sukarmi, SH, MH(state auxiliary
- Page 31 and 32: DR. Sukarmi, SH, MHadanya pemidanan
- Page 33 and 34: DR. Sukarmi, SH, MHmenggunakan land
- Page 35 and 36: DR. Sukarmi, SH, MHBab IVPENUTUPA.
- Page 37 and 38: Edisi 4 - Tahun 201029
- Page 39 and 40: DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, M
- Page 41 and 42: DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, M
- Page 43 and 44: DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, M
- Page 45 and 46: DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, M
- Page 47 and 48: DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, M
- Page 49 and 50: DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, M
- Page 51 and 52: DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, M
- Page 53 and 54: DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, M
- Page 55 and 56: Edisi 4 - Tahun 201047
- Page 57: Benny Pasaribu, PhD. (Ekon)dan seba
- Page 61 and 62: Benny Pasaribu, PhD. (Ekon)perekono
- Page 63 and 64: Benny Pasaribu, PhD. (Ekon)Regulasi
- Page 65 and 66: Benny Pasaribu, PhD. (Ekon)penyalah
- Page 67 and 68: Benny Pasaribu, PhD. (Ekon)seperti
- Page 69 and 70: Benny Pasaribu, PhD. (Ekon)DAFTAR P
- Page 71 and 72: Edisi 4 - Tahun 201063
- Page 73 and 74: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMt
- Page 75 and 76: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMB
- Page 77 and 78: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMa
- Page 79 and 80: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MM3
- Page 81 and 82: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MM3
- Page 83 and 84: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMp
- Page 85 and 86: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMk
- Page 87 and 88: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MM3
- Page 89 and 90: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMg
- Page 91 and 92: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMp
- Page 93 and 94: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMp
- Page 95 and 96: Edisi 4 - Tahun 201087
- Page 97 and 98: DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 99 and 100: DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 101 and 102: DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 103 and 104: DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 105 and 106: DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 107 and 108: DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 109 and 110:
DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 111 and 112:
DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 113 and 114:
Edisi 4 - Tahun 2010105
- Page 115 and 116:
Ir. H. Tadjuddin NoersaidPada suatu
- Page 117 and 118:
Ir. H. Tadjuddin NoersaidB. TUJUAN
- Page 119 and 120:
Ir. H. Tadjuddin NoersaidBadan PBB
- Page 121 and 122:
Ir. H. Tadjuddin Noersaidjuga berar
- Page 123 and 124:
Ir. H. Tadjuddin Noersaiddapat meng
- Page 125 and 126:
Ir. H. Tadjuddin NoersaidBab IVPENU
- Page 127 and 128:
Edisi 4 - Tahun 2010119
- Page 129 and 130:
Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M
- Page 131 and 132:
Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M
- Page 133 and 134:
Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M
- Page 135 and 136:
Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M
- Page 137 and 138:
Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M
- Page 139 and 140:
Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M
- Page 141 and 142:
Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M
- Page 143 and 144:
Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M