Persaingan Usaha Ritel Modern dan Dampaknya Terhadap Pedagang KEcil TradisionalBab IIIPEMBAHASAN3.1 PERSAINGAN ANTAR RITELSTRUKTUR pasar pada industri ritel saat ini dapat diklasifikasikan: Mikro,Kecil, Menengah dan Besar, dengan membedakan sisi aset, penjualan danbatasan luas usaha, yang kegiatan usahanya adalah menjual berbagai produk,jasa, atau keduanya, kepada konsumen, untuk digunakan oleh mereka sendiri,keluarga atau rumah tangganya.Pada awalnya ritel adalah bisnis lokal dengan manajemen sederhana, modalkecil dan kemampuan mengelola yang sebisanya. Inilah yang kemudian disebutdengan peritel tradisional. Di sisi lain, kini banyak peritel dengan kekuatanmodal yang besar, produk yang lengkap, penguasaan sistem informasi, dansumber daya manusia terlatih dengan manajemen modern, tumbuh danberkembang secara global, melalui ekspansi dari berbagai negara untukdapat memasuki peluang pasar yang menggiurkan sebagai usaha penembusanpasar atau penetrasi strategi market, akibat adanya tingkat kejenuhan pasardomestik atas produk yang berlimpah, kemampuan dan penguasaan atassistem informasi dan keahlian mengelola dalam jarak jauh serta kebijakanperdagangan internasional yang menghapus hambatan dalam perdagangan ,masuknya peritel-peritel inilah yang selanjutnya disebut peritel modern sepertimisalnya; Carrefour, Giant, Walt Mart, Lotte Mart dan lain-lain.Industri ritel merupakan industri strategis, karena merupakan industri terbesarkedua setelah pertanian dalam hal penyerapan tenaga kerja di Indonesia.Situasi industri ritel yang cukup dinamis ditandai dengan berkembangnyapasar modern dan berdampak terhadap pasar tradisional maupun pemasok.Pertumbuhan pasar modern berbanding terbalik dengan pasar tradisional,di lain pihak, bertambahnya jumlah peritel modern membuat posisi tawarpemasok semakin lemah. Hal tersebut ditandai dengan bertambahnya tradingterm yang dianggap memberatkan posisi pemasok. 3Kata ritel berasal dari bahasa Perancis, ritellier, yang berarti memotong ataumemecah sesuatu. Kata ritel atau retail berarti eceran atau perdaganganeceran, dan peritel atau retailer diartikan sebagai pengecer atau pengusaha3 Dedie S. Martadisastra, Makalah Kebijakan Persaingan Dalam Industri Ritel di Indoensia, Sosialisasi<strong>KPPU</strong> di Bali, Juli 201074 Jurnal Persaingan USaha
Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMperdagangan eceran. Menurut kamus, retail ditafsirkan sebagai “Selling ofGoods and or Services to the Public” atau penjualan barang dan atau jasakepada khalayak (Manser. 1995). Dan dapat dipahami sebagai semua kegiatanyang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepadakonsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis. 4Seiring dengan tuntutan pasar bebas, ritel belakangan ini bertambah dengankonsep ritel modern. Kehadiran ritel modern ini membuat ritel tradisionalmerasa tersaingi. Menurut studi AC Nielsen (2006), pasar ritel modern padatahun 2006 tumbuh sebesar 14%, dari 7.839 toko pada tahun 2005 menjadi8.918 di tahun 2006. Dalam studi tersebut, Nielsen mencatat bahwa rasiokeinginan masyarakat berbelanja di pasar tradisional cenderung turun dari65% di tahun 1999 menjadi 53% pada tahun 2004. Sebaliknya untuk kasuspasar modern, rasio tersebut meningkat dari 35% di tahun 1999 menjadi 47%pada tahun 2004. Data dari Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO)tahun 2006 memperlihatkan bahwa omzet ritel modern di tahun 2005 diIndonesia telah mencapai Rp 140 triliun. 5Kondisi perkembangan ritel modern yang demikian mendorong pemerintahmemberlakukan aturan Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan PasarTradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern serta Permendag No. 53Tahun 2008, yang diharapkan dapat menjadi landasan operasional pengaturanindustri ritel yang mengedepankan harmonisasi berbagai elemen dalam industriritel, baik pada pasar tradisional maupun pasar ritel modern.Menurut Pariaman Sinaga (2006), Pasar Ritel Modern adalah pasar yangdikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasanperkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayananyang baik kepada konsumen (umumnya masyarakat kelas menengah keatas).Pasar Modern antara lain; Mall, Supermarket, Department Store, ShoppingCenter, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada, waralaba dansebagainya. Barang yang dijual memiliki variasi jenis yang beragam, selainmenyediakan barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang-barangimport, barang yang dijual juga mempunyai kualitas yang relatif lebih terjaminkarena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat. Secara kuantitaspasar modern umumnya mempunyai pasti pelayanan dan suasana ruangansangat baik. 6Secara garis besar terdapat tiga permasalahan yang hadir dalam industriritel di Indonesia, yaitu yang pertama, permasalahan ritel modern versusritel tradisional, kedua, persaingan antar ritel modern, dan ketiga, pemasokdengan peritel modern. Akar permasalahan tersebut terletak pada hadirnyakekuatan pasar dari ritel modern. Permasalahan dalam persaingan ritel4 Henry Sy.http//www.baliorange.web.id/pengertian-ecommerce.5 http://hdl.handle.net. Strategi Pengembangan Usaha Ritel Tradisional Ditengah Munculnya UsahaMinimarket Modern di Bandar Lampung, M.Syatibi. Univ. Lampung.20086 Sinaga, Pariaman, Makalah Pasar Modern VS Pasar Tradisional, Departemen Koperasi & UKM Jakarta, 2004Edisi 4 - Tahun 201075
- Page 3 and 4:
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHAREP
- Page 5 and 6:
Daftar isi131531496589107121Editori
- Page 7 and 8:
Jurnal Komisi Edisi 4 kali ini meng
- Page 9 and 10:
Edisi 4 - Tahun 20101
- Page 11 and 12:
DR. Sukarmi, SH, MHSebagaimana tela
- Page 13 and 14:
DR. Sukarmi, SH, MH1. Program pengu
- Page 15 and 16:
DR. Sukarmi, SH, MHmekanisme pasar
- Page 17 and 18:
DR. Sukarmi, SH, MHse illegal tidak
- Page 19 and 20:
DR. Sukarmi, SH, MHHukum persaingan
- Page 21 and 22:
Edisi 4 - Tahun 201013
- Page 23 and 24:
DR. Sukarmi, SH, MHharmonis antara
- Page 25 and 26:
DR. Sukarmi, SH, MHBab IITINJAUAN T
- Page 27 and 28:
DR. Sukarmi, SH, MHB. METODE PENULI
- Page 29 and 30:
DR. Sukarmi, SH, MH(state auxiliary
- Page 31 and 32: DR. Sukarmi, SH, MHadanya pemidanan
- Page 33 and 34: DR. Sukarmi, SH, MHmenggunakan land
- Page 35 and 36: DR. Sukarmi, SH, MHBab IVPENUTUPA.
- Page 37 and 38: Edisi 4 - Tahun 201029
- Page 39 and 40: DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, M
- Page 41 and 42: DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, M
- Page 43 and 44: DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, M
- Page 45 and 46: DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, M
- Page 47 and 48: DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, M
- Page 49 and 50: DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, M
- Page 51 and 52: DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, M
- Page 53 and 54: DR. Anna Maria Tri Anggraini, SH, M
- Page 55 and 56: Edisi 4 - Tahun 201047
- Page 57 and 58: Benny Pasaribu, PhD. (Ekon)dan seba
- Page 59 and 60: Benny Pasaribu, PhD. (Ekon)terhadap
- Page 61 and 62: Benny Pasaribu, PhD. (Ekon)perekono
- Page 63 and 64: Benny Pasaribu, PhD. (Ekon)Regulasi
- Page 65 and 66: Benny Pasaribu, PhD. (Ekon)penyalah
- Page 67 and 68: Benny Pasaribu, PhD. (Ekon)seperti
- Page 69 and 70: Benny Pasaribu, PhD. (Ekon)DAFTAR P
- Page 71 and 72: Edisi 4 - Tahun 201063
- Page 73 and 74: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMt
- Page 75 and 76: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMB
- Page 77 and 78: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMa
- Page 79 and 80: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MM3
- Page 81: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MM3
- Page 85 and 86: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMk
- Page 87 and 88: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MM3
- Page 89 and 90: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMg
- Page 91 and 92: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMp
- Page 93 and 94: Ir. Dedie S. Martadisastra, SE, MMp
- Page 95 and 96: Edisi 4 - Tahun 201087
- Page 97 and 98: DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 99 and 100: DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 101 and 102: DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 103 and 104: DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 105 and 106: DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 107 and 108: DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 109 and 110: DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 111 and 112: DR. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar,
- Page 113 and 114: Edisi 4 - Tahun 2010105
- Page 115 and 116: Ir. H. Tadjuddin NoersaidPada suatu
- Page 117 and 118: Ir. H. Tadjuddin NoersaidB. TUJUAN
- Page 119 and 120: Ir. H. Tadjuddin NoersaidBadan PBB
- Page 121 and 122: Ir. H. Tadjuddin Noersaidjuga berar
- Page 123 and 124: Ir. H. Tadjuddin Noersaiddapat meng
- Page 125 and 126: Ir. H. Tadjuddin NoersaidBab IVPENU
- Page 127 and 128: Edisi 4 - Tahun 2010119
- Page 129 and 130: Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M
- Page 131 and 132: Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M
- Page 133 and 134:
Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M
- Page 135 and 136:
Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M
- Page 137 and 138:
Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M
- Page 139 and 140:
Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M
- Page 141 and 142:
Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M
- Page 143 and 144:
Prof. Dr. Tresna P. Soemardi, SE, M