Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
a<br />
U<br />
θ<br />
U<br />
a<br />
S<br />
sumbu<br />
e maks<br />
S<br />
sumbu<br />
i maks<br />
a 1<br />
sumbu<br />
magnet<br />
(a)<br />
(b)<br />
a 1<br />
sumbu<br />
magnet<br />
Gb.3.5. Posisi rotor pada saat e maks dan i maks .<br />
Gb.3.5.a. menunjukkan posisi rotor pada saat imbas tegangan di aa 1<br />
maksimum. Hal ini dapat kita mengerti karena pada saat itu kerapatan<br />
fluksi magnetik di hadapan sisi belitan a dan a 1 adalah maksimum.<br />
Perhatikanlah bahwa pada saat itu fluksi magnetik yang dilingkupi oleh<br />
belitan aa 1 adalah minimum. Sementara itu arus di belitan aa 1 belum<br />
maksimum karena beban induktif. Pada saat arus mencapai nilai<br />
maksimum posisi rotor telah berubah seperti terlihat pada Gb.3.5.b.<br />
Karena pada mesin dua kutub sudut mekanis sama dengan sudut<br />
magnetis, maka beda fasa antara tegangan dan arus jangkar sama dengan<br />
pegeseran rotasi rotor, yaitu θ. Arus jangkar memberikan mmf jangkar<br />
yang membangkitkan medan magnetik lawan yang akan memperlemah<br />
fluksi rotor. Karena adanya reaksi jangkar ini maka arus eksitasi haruslah<br />
sedemikian rupa sehingga tegangan keluaran mesin dipertahankan.<br />
Catatan : Pada mesin rotor silindris mmf jangkar mengalami reluktansi<br />
magnetik yang sama dengan yang dialami oleh mmf rotor. Hal ini<br />
berbeda dengan mesin kutub tonjol yang akan membuat analisis mesin<br />
kutub tonjol memerlukan cara khusus sehingga kita tidak melakukannya<br />
dalam bab pengenalan ini.<br />
Diagram fasor (Gb.3.6) kita gambarkan dengan ketentuan berikut<br />
1. Diagram fasor dibuat per fasa dengan pembebanan induktif.<br />
2. Tegangan terminal V a dan arus jangkar I a adalah nominal.<br />
62 Sudaryatno Sudirham, <strong>Analisis</strong> <strong>Rangkaian</strong> Listrik (3)