08.02.2014 Views

Analisis Rangkaian Elektrik

Analisis Rangkaian Elektrik

Analisis Rangkaian Elektrik

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

( 1 + 1) 1<br />

V 1 = I1<br />

R jX + E<br />

(4.8)<br />

Fasor-fasor tegangan dan arus serta reaktansi pada persamaan (4.61) ini<br />

adalah pada frekuensi sinkron ω s = 2π f 1 . <strong>Rangkaian</strong> ekivalen stator<br />

menjadi seperti pada Gb.4.4. yang mirip rangkaian primer transformator.<br />

Perbedaan terletak pada besarnya I f yang pada transformator berkisar<br />

antara 2 − 5 persen dari arus nominal, sedangkan pada motor asinkron<br />

arus ini antara 25 − 40 persen arus nominal, tergantung dari besarnya<br />

motor.<br />

I 1<br />

I c<br />

R 1<br />

jX 1 I f<br />

I φ<br />

A<br />

V 1<br />

E 1<br />

R c jX c<br />

B<br />

Gb.4.4. <strong>Rangkaian</strong> ekivalen stator.<br />

Selain itu reaktansi bocor X 1 pada motor jauh lebih besar karena adanya<br />

celah udara dan belitan stator terdistribusi pada permukaan dalam stator<br />

sedangkan pada transformator belitan terpusat pada intinya. Tegangan E 1<br />

pada terminal AB pada rangkaian ekivalen ini haruslah merefleksikan<br />

peristiwa yang terjadi di rotor.<br />

<strong>Rangkaian</strong> Ekivalen Rotor. Jika rotor dalam keadaan berputar maka<br />

tegangan imbas pada rotor adalah E 22 . Jika resistansi rotor adalah R 22<br />

dan reaktansinya adalah X 22 maka arus rotor adalah :<br />

E22<br />

I 22 =<br />

(4.9)<br />

( R 22 + jX 22 )<br />

Perhatikanlah bahwa fasor-fasor tegangan dan arus serta nilai reaktansi<br />

pada persamaan (4.9) ini adalah pada frekuensi rotor ω 2 = 2π f 2 , berbeda<br />

dengan persamaan fasor (4.8). Kita gambarkan rangkaian untuk<br />

persamaan (4.9) ini seperti pada Gb.4.5.a.<br />

75

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!