19.11.2012 Views

Wiro Sableng - Azab Sang Murid

Wiro Sableng - Azab Sang Murid

Wiro Sableng - Azab Sang Murid

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

hebat lalu tubuhnya terbanting ke samping, jatuh berlutut<br />

di tanah. Muka pucat, darah mengucur dari sela bibir.<br />

“Pendekar 212, aku mengaku kalah...” Berkata<br />

Pangeran Muda. Lalu dia bersujud di tanah. “Kuharap kau<br />

mau mengampuni dosa kesalahanku.”<br />

Melihat pimpinan mereka bersujud di hadapan <strong>Wiro</strong>,<br />

anak buah Pangeran Muda yang masih ada di sana<br />

termasuk Damar Sarka ikut jatuhkan diri menyembah. <strong>Wiro</strong><br />

geleng-geleng kepala.<br />

“Pangeran Muda, bangunlah. Semua yang ada di sini<br />

harap berdiri. Tak ada yang layak disembah selain Gusti<br />

Allah. Manusia hanya bersujud kepada Tuhan!”<br />

Mendengar ucapan <strong>Wiro</strong> orang-orang Keraton<br />

Kaliningrat segera berdiri termasuk Pangeran Muda.<br />

Dengan tubuh terhuyung-huyung, dua tangan dirapatkan di<br />

atas kepala orang ini melangkah mendekati <strong>Wiro</strong>.<br />

“Pendekar, aku sangat berterima kasih kau mau<br />

mengampuni kesalahanku. Terima penghormatanku.” Lalu<br />

Pangeran Muda tundukkan kepala, bungkukkan tubuh.<br />

“Pangeran Muda, semua yang terjadi bisa kita jadikan<br />

hikmah pelajaran. Bawa orang-orangmu meninggalkan<br />

tempat ini. Aku berharap kau punya kesadaran untuk<br />

membubarkan apa yang dinamakan Keraton Kaliningrat.”<br />

“Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih.” Kembali<br />

Pangeran Muda bungkukkan diri. <strong>Wiro</strong> hendak memegang<br />

bahu orang ini, namun tiba-tiba, sangat cepat dan sangat<br />

tidak terduga tangan kanan Pangeran Muda melesat ke<br />

depan dan, bukkk! Satu jotosan dahsyat mendarat di<br />

permukaan dada <strong>Wiro</strong> <strong>Sableng</strong>!<br />

<strong>Wiro</strong> jatuh terjengkang di tanah. Untuk beberapa jurus<br />

lamanya dia terhenyak kaku tak mampu bergerak. Anehnya<br />

saat itu dia tidak merasa sakit sedikitpun. Bahkan ketika<br />

memperhatikan dadanya sama sekali tidak ada tanda<br />

bekas pukulan.<br />

Perlahan-lahan <strong>Wiro</strong> berdiri. Saat itu hari mulai terang<br />

pertanda di timur sang surya sudah terbit dan malam<br />

segera berganti siang. Memandang ke depan Pangeran

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!