19.11.2012 Views

Wiro Sableng - Azab Sang Murid

Wiro Sableng - Azab Sang Murid

Wiro Sableng - Azab Sang Murid

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

juga memandang padanya dan anggukkan kepala.<br />

“Kapak Naga Geni 212!”<br />

<strong>Wiro</strong> berteriak sambil tangan kanan diangkat ke atas.<br />

Selarik cahaya putih seperti kilat kecil berkiblat di ujung<br />

tangan kanan <strong>Wiro</strong>. Di lain kejap Kapak Naga Geni 212<br />

telah tergenggam di tangan kanan itu, menebar cahaya<br />

terang menyilaukan.<br />

Selagi Sinto Gendeng terbengong-bengong melihat apa<br />

yang terjadi, kapak sakti di tangan <strong>Wiro</strong> berkelebat tiga kali<br />

berturut-turut. Suara seperti ribuan tawon mengamuk<br />

melanda seantero tempat. Cahaya putih perak<br />

menyilaukan berkiblat angker dan hawa panas<br />

menghampar. Di dalam jaring Sinto Gendeng keluarkan<br />

suara mengerang.<br />

Craass! Craass! Craasss!<br />

Bunga api berletupan. Jaring Neraka mengepulkan asap<br />

dan robek besar di tiga tempat. <strong>Wiro</strong> sendiri terpental.<br />

Dada mendenyut sakit. Kapak Naga Geni 212 hampir<br />

terlepas dari pegangan. Dua lutut terasa goyah. Waktu dia<br />

jatuh berlutut di tanah Kapak Naga Geni 212 tidak ada lagi<br />

di tangan kanannya!<br />

“<strong>Wiro</strong>! Gurumu dalam keadaan terluka luar dalam! Biar<br />

saya merawatnya!”<br />

Tiba-tiba satu suara menggema di kegelapan malam.<br />

<strong>Wiro</strong> tersentak kaget dan cepat berdiri. “Nyi Retno?!”<br />

Memandang berkeliling <strong>Wiro</strong> tidak melihat perempuan<br />

itu. Tapi begitu dia membalik Sinto Gendeng tak ada lagi di<br />

tempatnya semula. Ketika dia memperhatikan ke depan,<br />

dalam kegelapan dia melihat kabut aneh mengambang di<br />

udara. <strong>Wiro</strong> mengejar namun kabut keburu lenyap.<br />

“Apa yang terjadi? Nyi Retno, apa yang kau lakukan?<br />

Kau bawa ke mana Eyang Sinto?” <strong>Wiro</strong> melangkah ke<br />

halaman depan Candi Pangestu. Di sini dua kakinya<br />

terpaku di tanah. Wulan Srindi tak ada lagi di tempat itu.<br />

Mayat Iblis Pemabuk ikut lenyap!<br />

<strong>Wiro</strong> terduduk di tanah.<br />

“Apa yang harus aku lakukan sekarang? Mengejar Nyi

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!