19.11.2012 Views

Wiro Sableng - Azab Sang Murid

Wiro Sableng - Azab Sang Murid

Wiro Sableng - Azab Sang Murid

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

konde perak yang tersemat di dada kiri baju biru<br />

perempuan muka putih. “Dua benda itu membuktikan dia<br />

memang Wulan Srindi. Tapi apa yang terjadi dengan<br />

wajahnya?”<br />

Wulan Srindi cabut tusuk konde perak yang tersemat di<br />

dada kirinya. “Suamiku, apa kau berani membantah bahwa<br />

tusuk konde milik gurumu ini adalah mas kawin tanda<br />

pernikahan kita?”<br />

“Wulan, aku tidak mengerti bagaimana semua ini bisa<br />

terjadi. Namun kau tahu antara kita...”<br />

“Antara kita saling mencinta. Dan buah percintaan kita<br />

berdua adalah seorang jabang bayi berusia hampir tiga<br />

bulan yang ada dalam kandunganku!” Wulan Srindi usapusap<br />

perutnya. “Kau mau anak lelaki atau anak<br />

perempuan <strong>Wiro</strong>? Aku mau anak lelaki. Biar bentuknya<br />

tampan dan gagah seperti dirimu.”<br />

“Wulan, kau keliru kalau...”<br />

“Aku tidak pernah keliru mencintaimu, <strong>Wiro</strong>. Bayi yang<br />

aku kandung tidak keliru adalah anakmu, darah<br />

dagingmu!” Wulan Srindi sematkan kembali tusuk konde<br />

ke dada kiri baju birunya.<br />

“Wulan, aku mohon...” <strong>Wiro</strong> tak tahu lagi mau bicara<br />

apa.<br />

Wulan Srindi ambil dua buah kendi tanah. Satu<br />

dilemparkan ke arah <strong>Wiro</strong>. “<strong>Wiro</strong>, mari kita minum<br />

bersama! Sebagai rasa suka cita atas pertemuan ini.<br />

Setelah minum kau ikut aku. Buat apa jalan bersama<br />

perempuan lacur itu. Gila pula!”<br />

Agar kendi tidak jatuh ke tanah <strong>Wiro</strong> terpaksa<br />

menyambuti dengan tangan kiri. Sebaliknya dihina seperti<br />

itu Nyi Retno Mantili berteriak marah. <strong>Wiro</strong> cepat<br />

merangkul pinggang perempuan itu sambil berulang kali<br />

membujuk menenangkan.<br />

Tak perduli teriakan marah Nyi Retno, tenang saja<br />

Wulan Srindi teguk minuman keras dalam kendi hingga<br />

wajahnya yang putih menjadi merah.<br />

Tangan kanan masih memegangi Nyi Retno, <strong>Wiro</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!