You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Gede Tapa Pamungkas bahwa kau akan meninggalkan<br />
rimba persilatan. Benar kau akan melakukan hal itu?”<br />
<strong>Wiro</strong> terdiam cukup lama. Menggaruk kepala akhirnya<br />
mengangguk perlahan. “Selama ini saya hanya melihat<br />
keculasan, ketidakadilan, kebejatan dan darah dalam<br />
rimba persilatan. Bahkan nyawa manusia terkadang lebih<br />
tidak berharga dibanding nyawa binatang. Apakah saya<br />
masih perlu ikut bergelimang di dalamnya?”<br />
Nyi Retno berdiri, menimang-nimang boneka kayu<br />
beberapa lama lalu berkata. “Kau tahu apa artinya<br />
pendekar, <strong>Wiro</strong>?”<br />
<strong>Wiro</strong> tak menjawab. Hanya menggaruk kepala dan<br />
menatap wajah cantik perempuan muda di depannya.<br />
“Menurutku, seorang pendekar diperlukan<br />
kehadirannya dalam rimba persilatan. Untuk menangani<br />
semua masalah yang kau sebutkan tadi. Kalau kau<br />
menghindar berarti kau tidak layak lagi menyandang<br />
sebutan pendekar. Kau lebih baik menjadi seorang petani.<br />
Atau nelayan...”<br />
<strong>Wiro</strong> menatap paras cantik Nyi Retno Mantili. Saat itu<br />
dia merasa tengah bicara dengan seorang yang sangat<br />
waras. Apakah perempuan muda ini sudah jernih<br />
pikirannya? Sudah sembuh dari sakit jiwanya?<br />
“Paling tidak saya akan menyelesaikan dulu semua<br />
tugas. Setelah itu...”<br />
“Termasuk tugas mencari gadis bernama Wulan Srindi<br />
dan mendapatkan kembali tusuk konde gurumu?”<br />
“Saya merasa tidak punya kewajiban mencari tusuk<br />
konde itu. Namun sebagai murid yang sudah diperintah<br />
saya tetap akan melakukan.” <strong>Wiro</strong> terdiam sebentar lalu<br />
bertanya. “Nyi Retno percaya kalau saya yang menghamili<br />
Wulan Srindi?”<br />
Nyi Retno tertawa panjang.<br />
“Kalau saya mempercayai hal itu, sejak semula saya<br />
tidak akan mau ikut ke mana kau pergi.”<br />
“Terima kasih Nyi Retno punya rasa percaya seperti itu.<br />
Saya merasa heran bagaimana Eyang Sinto percaya saya