19.11.2012 Views

Wiro Sableng - Azab Sang Murid

Wiro Sableng - Azab Sang Murid

Wiro Sableng - Azab Sang Murid

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

merasa lega...”<br />

“Gila!” teriak Wulan Srindi. “Dengar <strong>Wiro</strong>, dengar<br />

suamiku! Aku tidak mau anakku lahir tanpa ayah!”<br />

<strong>Wiro</strong> garuk kepala. Dalam hati dia setengah mengeluh<br />

setengah memaki.<br />

“Celaka! Bagaimana aku mau meyakinkan bahwa<br />

antara aku dan dia tidak ada ikatan perkawinan! Kalau dia<br />

hamil, itu bukan anakku. Tapi akibat perbuatan bejat<br />

orang-orang Keraton Kaliningrat!”<br />

“<strong>Wiro</strong> suamiku.” Wulan Srindi lanjutkan ucapannya.<br />

“Aku pernah dihantam pukulan yang sama. Iblis Pemabuk<br />

membawa aku menemui seorang yang mampu<br />

menyembuhkan. <strong>Wiro</strong>, apakah kau bisa berjalan sejauh<br />

setengah hari dari tempat ini?”<br />

“Wulan, aku sangat berterima kasih kau mau<br />

memikirkan keselamatan diriku. Kau mau menolong. Tapi<br />

rasanya aku tak akan sanggup berjalan sejauh itu. Dua<br />

kakiku seperti lumpuh. Pemandangan mataku terganggu.”<br />

“Kalau begitu aku akan mendukungmu!”<br />

“Kau tidak mampu melakukan itu...”<br />

“Harus mampu! Kau suamiku! Bagaimana aku bisa<br />

hidup tanpa dirimu?! Kalaupun kita harus mati bersama itu<br />

lebih baik dari membiarkan dirimu dalam keadaan seperti<br />

ini.”<br />

<strong>Wiro</strong> pejamkan mata. Hatinya sangat tersentuh. Begitu<br />

banyak orang yang baik dan rela berkorban bagi dirinya.<br />

Dia ingat Eyang Sinto Gendeng. Dia ingat pada Kapak Naga<br />

Geni 212 dan batu sakti yang ada di dalam tubuhnya. Dua<br />

senjata itu diketahui merupakan penangkal racun yang<br />

sangat ampuh. Mengapa kini tidak mampu memusnahkan<br />

racun pukulan Pangeran Muda? Mungkin dia telah berlaku<br />

kualat pada Eyang Sinto?<br />

Susah payah Wulan Srindi mengangkat <strong>Wiro</strong>. Sampai<br />

mandi keringat dia tak berhasil mencoba memanggul<br />

pemuda itu di atas salah satu bahunya.<br />

“Wulan, jangan memaksa diri. Pergilah. Tinggalkan aku<br />

sendirian di sini.”

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!