You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
WIRO SABLENG<br />
AZAB SANG MURID 8<br />
WULAN Srindi yang berada di depan Iblis Pemabuk<br />
tiba-tiba hentikan lari. Mata memandang ke arah<br />
reruntuhan bangunan candi. Kepala mendongak,<br />
hidung menghirup dalam-dalam.<br />
“Guru, aku mencium bau daging panggang. Sedap<br />
sekali! Perutku jadi terasa perih, lapar.”<br />
Iblis Pemabuk berdiri di samping sang murid. Setelah<br />
meneguk minuman keras dalam salah satu kendi dia<br />
menunjuk ke arah candi. “Baunya datang dari arah candi<br />
sana. Kalau aku tidak salah itu Candi Pangestu. Ayo kita<br />
menyelidik. Siapa tahu orang-orang Keraton Kaliningrat<br />
sedang pesta daging panggang. Lumayan kalau kebagian.”<br />
Begitu memutari candi, walau guru dan murid itu tidak<br />
menemui siapa-siapa namun mereka melihat kayu bekas<br />
perapian yang masih menyala serta dua kelelawar<br />
panggang yang masih utuh tergeletak di tanah.<br />
“Aneh, ada orang memanggang dua kelelawar. Lalu<br />
dibuang begitu saja.” Wulan Srindi keluarkan ucapan. Rasa<br />
laparnya serta merta sirna. Tadinya dia menyangka paling<br />
tidak akan melihat ayam atau kambing hutan panggang.<br />
Ternyata kelelawar yang sudah berselomotan tanah.<br />
Iblis Pemabuk teguk lagi minuman keras dalam kendi.<br />
Dengan langkah terhuyung dia berjalan ke arah tangga<br />
candi yang sudah rusak. Manusia bertubuh gemuk pendek<br />
ini duduk di reruntuhan tangga. Dua tangan menopang<br />
dagu, mata memandang kian kemari.<br />
“Ada tanda-tanda bekas perkelahian di tempat ini.” Iblis<br />
Pemabuk berkata. Tiba-tiba dia bangkit berdiri. Melangkah<br />
mendekati sebuah benda yang tergeletak di tanah, lalu