You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
WIRO SABLENG<br />
AZAB SANG MURID 4<br />
BELUM sempat Ki Tambakpati masuk ke dalam gubuk<br />
tiba-tiba dari empat penjuru hutan jati terlihat cahaya<br />
terang. Dalam waktu singkat gubuk kediaman ahli<br />
pengobatan tulang itu telah dikurung oleh puluhan orang<br />
berseragam prajurit kerajaan. Separuh dari mereka<br />
menyalakan obor hingga seantero tempat menjadi terang<br />
benderang.<br />
“Ki Tambakpati! Kami orang-orang kerajaan datang<br />
untuk menangkapmu! Jangan berani melawan atau coba<br />
melarikan diri!”<br />
Orang yang berteriak melompat ke hadapan Ki<br />
Tambakpati, ternyata dia adalah perwira muda yang<br />
sebelumnya sudah pernah dilihat kakek itu.<br />
“Perwira, apa dosa kesalahanku hingga kau hendak<br />
menangkapku?!” tanya Ki Tambakpati.<br />
“Kau melarikan diri sewaktu ditangkap beberapa waktu<br />
lalu. Kau juga dituduh menyembunyikan buronan<br />
kerajaan!”<br />
“Buronan kerajaan? Buronan yang mana?” tanya Ki<br />
Tambakpati heran.<br />
“Orang bernama Djaka Tua...” jawab Perwira<br />
“Astaga, orang itu sudah kalian bunuh! Apa masih<br />
belum puas?”<br />
“Djaka Tua boleh mati. Tapi itu tidak menghapus dosa<br />
kesalahanmu! Selain itu pimpinan kami juga ingin<br />
menanyaimu perihal bayi yang hilang dan tentang seorang<br />
perempuan muda membawa boneka.”<br />
“Aku tidak tahu menahu soal bayi yang hilang atau<br />
perempuan muda membawa boneka,” jawab Ki