You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
“Nyi Retno. Maksud saya...” <strong>Wiro</strong> hendak berjongkok di<br />
samping perempuan itu. Namun tiba-tiba ada kabut aneh<br />
menutupi tubuh Nyi Retno.<br />
<strong>Wiro</strong> ulurkan tangan. Dia hanya menyentuh angin.<br />
Sosok Nyi Retno lenyap dari pemandangan.<br />
“Nyi Retno, kau ke mana?! Nyi Retno!”<br />
<strong>Wiro</strong> berteriak. Memanggil berulang kali sambil<br />
melangkah kian kemari. Namun Nyi Retno seperti lenyap<br />
ditelan bumi.<br />
“Dia mempergunakan ilmu melenyapkan diri. Pasti<br />
didapat dari Kiai Gede Tapa Pamungkas. Sampai pagi aku<br />
berteriak dan mencari akan sia-sia saja.”<br />
<strong>Wiro</strong> terduduk di tanah, geleng-geleng kepala lalu usap<br />
muka berulang kali. Setelah memandang berkeliling,<br />
sambil menekap wajah <strong>Wiro</strong> berkata. “Nyi Retno, saya tahu<br />
kau masih ada di sekitar sini. Saya tahu kau melihat saya<br />
tapi saya tidak bisa melihatmu. Saya ke Plaosan bukan<br />
karena apa. Saya merasa sesuatu akan terjadi di sana.<br />
Saya ingin bersamamu lagi dan Kemuning...”<br />
Mendadak ada suara orang tersedu menangis.<br />
“Nyi Retno... ?”<br />
<strong>Wiro</strong> berdiri. Memperhatikan berkeliling. Dia hanya<br />
melihat kegelapan. Udara malam terasa dingin. Perlahanlahan<br />
dia berdiri. Sebelum tinggalkan tempat itu sekali lagi<br />
dia memeriksa kalau-kalau Nyi Retno sudah mau<br />
menunjukkan diri. Namun perempuan mungil berwajah<br />
cantik itu tetap tak kelihatan.<br />
“Aku merasa berdosa. Seharusnya aku menjaga diri dan<br />
hatinya baik-baik...” <strong>Wiro</strong> tarik nafas dalam lalu dengan hati<br />
berat melangkah pergi. (Mengenai kisah Iblis Pemabuk<br />
silahkan baca episode berjudul “Kiamat Di Pangandaran”).<br />
***