19.11.2012 Views

Wiro Sableng - Azab Sang Murid

Wiro Sableng - Azab Sang Murid

Wiro Sableng - Azab Sang Murid

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

“Saya akan berusaha melindungi Nyi Retno. Tapi<br />

perlindungan Tuhan atas diri Nyi Retno lebih dari segalagalanya.<br />

Nyi Retno, saya senang bicara denganmu. Apakah<br />

kita bisa melanjutkan perjalanan sekarang. Matahari telah<br />

condong ke barat.”<br />

Nyi Retno gelungkan dua tangannya di leher <strong>Wiro</strong>.<br />

Berlaku manja minta tolong dibantu berdiri. “Kau orang<br />

baik, aku orang gila. Kau tidak risih dan malu berjalan<br />

bersama orang tidak waras dan buruk rupa seperti aku<br />

ini...” Bisik Nyi Retno ke telinga Pendekar 212 lalu tertawa<br />

cekikikan. Gulungan surat daun lontar diselipkannya ke<br />

pinggang <strong>Wiro</strong>.<br />

“Nyi Retno juga orang baik. Malah sangat baik. Nyi<br />

Retno cantik. Sebenarnya saya yang rikuh. Orang sableng<br />

seperti saya dipercaya jalan bersama Nyi Retno.”<br />

Nyi Retno tertawa panjang. Tiba-tiba perempuan muda<br />

ini melompat ke punggung <strong>Wiro</strong>. “Saya tak mau jalan. Saya<br />

kepingin digendong...”<br />

“Nyi Retno, jangan bersikap seperti ini. Kalau ada orang<br />

yang melihat pasti akan salah menyangka...”<br />

“Tadi kita saling berpelukan. Sekarang aku<br />

merangkulmu, begini mengapa takut? Perduli setan<br />

dengan orang lain! Saya suka padamu. Kemuning suka<br />

padamu! Ayo jalan! Hik... hik... hik.”<br />

Mau tak mau <strong>Wiro</strong> terpaksa menggendong perempuan<br />

bertubuh mungil itu di punggungnya. Mula-mula hanya<br />

berjalan biasa lalu berlari. Tidak disadari oleh <strong>Wiro</strong>, tidak<br />

diketahui oleh Nyi Retno, gulungan surat daun lontar yang<br />

terselip di pinggang <strong>Wiro</strong> jatuh ke tanah.<br />

“<strong>Wiro</strong>, jangan lari terlalu cepat. Aku dan Kemuning<br />

merasa gamang.”<br />

<strong>Wiro</strong> perlambat larinya. Saat itulah dia merasa tengkuk<br />

dan pipi kanannya dicium mesra oleh Nyi Retno.<br />

“Nyi Retno, saya mohon...”<br />

“Saya juga mohon,” jawab Nyi Retno. Rangkulannya di<br />

leher <strong>Wiro</strong> semakin kencang dan ciumannya kini pindah ke<br />

pipi kiri.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!