Wiro Sableng - Azab Sang Murid

More documents

Recommendations

Info

juga memandang padanya dan anggukkan kepala. “Kapak Naga Geni 212!” Wiro berteriak sambil tangan kanan diangkat ke atas. Selarik cahaya putih seperti kilat kecil berkiblat di ujung tangan kanan Wiro. Di lain kejap Kapak Naga Geni 212 telah tergenggam di tangan kanan itu, menebar cahaya terang menyilaukan. Selagi Sinto Gendeng terbengong-bengong melihat apa yang terjadi, kapak sakti di tangan Wiro berkelebat tiga kali berturut-turut. Suara seperti ribuan tawon mengamuk melanda seantero tempat. Cahaya putih perak menyilaukan berkiblat angker dan hawa panas menghampar. Di dalam jaring Sinto Gendeng keluarkan suara mengerang. Craass! Craass! Craasss! Bunga api berletupan. Jaring Neraka mengepulkan asap dan robek besar di tiga tempat. Wiro sendiri terpental. Dada mendenyut sakit. Kapak Naga Geni 212 hampir terlepas dari pegangan. Dua lutut terasa goyah. Waktu dia jatuh berlutut di tanah Kapak Naga Geni 212 tidak ada lagi di tangan kanannya! “Wiro! Gurumu dalam keadaan terluka luar dalam! Biar saya merawatnya!” Tiba-tiba satu suara menggema di kegelapan malam. Wiro tersentak kaget dan cepat berdiri. “Nyi Retno?!” Memandang berkeliling Wiro tidak melihat perempuan itu. Tapi begitu dia membalik Sinto Gendeng tak ada lagi di tempatnya semula. Ketika dia memperhatikan ke depan, dalam kegelapan dia melihat kabut aneh mengambang di udara. Wiro mengejar namun kabut keburu lenyap. “Apa yang terjadi? Nyi Retno, apa yang kau lakukan? Kau bawa ke mana Eyang Sinto?” Wiro melangkah ke halaman depan Candi Pangestu. Di sini dua kakinya terpaku di tanah. Wulan Srindi tak ada lagi di tempat itu. Mayat Iblis Pemabuk ikut lenyap! Wiro terduduk di tanah. “Apa yang harus aku lakukan sekarang? Mengejar Nyi
Retno? Ke mana...?” Wiro usap mukanya berulang kali. “Hanya ada satu cara. Aku harus mengerahkan ilmu Menembus Pandang.” Tiba-tiba Wiro angkat kepala, memandang berkeliling. Walau kaget dia tetap berlaku tenang. Di sekitarnya puluhan orang berseragam hitam telah mengurung tempat itu. Pada dada kiri baju hitam yang mereka kenakan ada sulaman rumah joglo dan keris bersilang. Sebagian dari mereka menghunus golok. Di samping kanan berdiri seorang lelaki muda bertubuh tegap berwajah gagah, diapit dua orang kakek bermuka hitam dan sama-sama mengenakan jubah merah. “Pendekar 212! Keraton Kaliningrat mengundangmu untuk bertemu dengan segala kehormatan. Kami menjanjikan jabatan tinggi dengan segala kemuliaan. Tapi kau membunuh orang-orang kami!” ***
Page 2 and 3:
BASTIAN TITO PENDEKAR KAPAK MAUT NA
Page 4 and 5:
mata melotot. Tubuh terhuyung lemas
Page 6 and 7:
erpakaian biru. Gadis berpakaian bi
Page 8 and 9:
Kakak beradik Liris Merah dan Liris
Page 10 and 11:
“Tentu saja. Apalagi kalian berdu
Page 12 and 13:
WIRO SABLENG AZAB SANG MURID 2 SEBU
Page 14 and 15:
(Baca Episode sebelumnya berjudul N
Page 16 and 17:
Retno Mantili seraya berbisik. “S
Page 18 and 19:
erbuat serong dengan Wulan Srindi t
Page 20 and 21:
“Nyi Retno, saya tidak bisa berla
Page 22 and 23:
“Makhluk jahanam! Empat belas har
Page 24 and 25:
lontar yang dibuat orang-orang Kera
Page 26 and 27:
panjang. Tangan itu kemudian diangk
Page 28 and 29:
“Saat ini saya merasa takut. Saya
Page 30 and 31: digantung di pohon sana, kaki ke at
Page 32 and 33: Tambak tak mungkin lagi diam di gub
Page 34 and 35: Tambakpati pula. “Tutup mulutmu K
Page 36 and 37: apa yang aku bilang?!” “Sa... s
Page 38 and 39: Ki Tambakpati angguk-anggukkan kepa
Page 40 and 41: sumber airnya. Di bibir lembah tumb
Page 42 and 43: WIRO SABLENG AZAB SANG MURID 5 DENG
Page 44 and 45: Omonganmu hebat juga! Kalau kalian
Page 46 and 47: “Kalau aku mau membantu kalian ma
Page 48 and 49: obek mengepulkan asap tepat di bagi
Page 50 and 51: tiba dari arah Candi Pangestu kelih
Page 52 and 53: Sewaktu dia hendak menendang kembal
Page 54 and 55: menegangkan itu berakhir. Dua gadis
Page 56 and 57: langsung roboh lalu jatuh ke tanah.
Page 58 and 59: Patih Wira Bumi itu harap bersabar.
Page 60 and 61: WIRO SABLENG AZAB SANG MURID 7 MALA
Page 62 and 63: konde perak yang tersemat di dada k
Page 64 and 65: Pangeran Matahari yang luar biasa t
Page 66 and 67: aru lalu meneguk isinya. “Iblis P
Page 68 and 69: denganmu. Saat itulah tanpa diketah
Page 70 and 71: WIRO SABLENG AZAB SANG MURID 8 WULA
Page 72 and 73: Karena keadaan gelap Iblis Pemabuk
Page 74 and 75: hutan Ngluwer sewaktu ada pertemuan
Page 76 and 77: miringkan tubuh ke kanan. Tangan ki
Page 78 and 79: Wuuttt! Wuuutt! Dua larik sinar hij
Page 82 and 83: WIRO SABLENG AZAB SANG MURID 9 KITA
Page 84 and 85: Kapak Naga Geni 212 dan batu sakti
Page 86 and 87: Nyi Retno tersenyum. “Mungkin aku
Page 88 and 89: “Siapa?!” tanya Sinto Gendeng d
Page 90 and 91: mendapatkan kitab pengobatan itu.
Page 92 and 93: kembali?” Menyusul mengiang ucapa
Page 94 and 95: WIRO SABLENG AZAB SANG MURID 10 KEM
Page 96 and 97: Dari kantong pakaiannya Damar Sarka
Page 98 and 99: siapa bilang Wulan Srindi istriku!
Page 100 and 101: “Bunuh!” teriak Ki Demang Timur
Page 102 and 103: hebat lalu tubuhnya terbanting ke s
Page 104 and 105: “Sahabat, kau keliru menuduh.”
Page 106 and 107: merasa lega...” “Gila!” teria
show all

Wiro Sableng - Azab Sang Murid

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

Delete template?

Save as template?