19.11.2012 Views

Wiro Sableng - Azab Sang Murid

Wiro Sableng - Azab Sang Murid

Wiro Sableng - Azab Sang Murid

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

elasan tahun silam. Kini bentuknya nyaris seperti<br />

gundukan tanah tinggi. Dalam suasana gelap dan angin<br />

bertiup kencang, reruntuhan candi itu terlihat<br />

menyeramkan.<br />

Dua ekor kelelawar tiba-tiba muncul dalam kegelapan<br />

malam. Terbang rendah ke arah Candi Pangestu. Suara<br />

kepak sayapnya seolah membendung deru tiupan angin<br />

malam. Sepasang mata cekung memperhatikan dari balik<br />

serumpunan semak belukar di samping reruntuhan tembok<br />

halaman candi sebelah barat.<br />

Tiba-tiba dua buah benda seukuran ujung jari kelingking<br />

melesat di udara. Plaakk! Plaakk!<br />

Dua kelelawar menguik keras lalu jatuh bergedebuk di<br />

tanah dengan kepala hancur. Terkapar tak jauh dari tangga<br />

rusak Candi Pangestu.<br />

Orang di balik semak belukar menyeringai, keluarkan<br />

susur dari dalam mulutnya, semburkan ludah merah lalu<br />

masukkan susur kembali ke dalam mulut.<br />

“Ada orang tolol sengaja menunjukkan kepandaian,”<br />

ucap orang ini yang bukan lain adalah si nenek sakti Sinto<br />

Gendeng. Dia memandang berkeliling. “Hebat juga cara<br />

sembunyi si tolol itu! Aku tak mampu mengetahui di mana<br />

dia berada.” Si nenek memperhatikan seantero tempat<br />

sekali lagi. Mendongak ke langit. “Saat ini kurasa sudah<br />

lewat tengah malam. Mengapa anak setan itu tidak<br />

muncul? Jangan-jangan dia tidak ke sini tapi ke kotaraja<br />

seperti keterangan Tambakpati. Atau mungkin surat itu<br />

jebakan orang-orang Keraton Kaliningrat? Sengaja dibuang<br />

di tempat yang hendak aku lalui? Berarti anak setan itu<br />

tidak pernah memegang dan membacanya.”<br />

Sinto Gendeng pukul-pukulkan tongkat kayu di tangan<br />

kirinya ke bahu. Mulut perot kembali sunggingkan seringai.<br />

“Siapa berani menjebak diriku akan tau rasa sendiri. Lihat<br />

saja!”<br />

Di arah belakang reruntuhan Candi Pangestu ada satu<br />

lembah kecil tapi terjal. Lembah ini dulunya adalah satu<br />

aliran anak sungai yang mengering karena terputus dari

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!