Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
kepala dan punggung.<br />
Masih belum puas Wulan Srindi ambil golok yang<br />
tercampak di tanah lalu sambil berteriak-teriak seperti<br />
orang kemasukan setan dia membacok mencacah kepala<br />
dan tubuh Pekik Ireng. Habis melakukan itu dia lemparkan<br />
golok, melangkah mundur dan jatuhkan diri di tanah. Dari<br />
mulutnya keluar satu jeritan keras lalu gadis ini menangis<br />
memilukan.<br />
Mendadak tangis Wulan Srindi terhenti. Dia mendengar<br />
suara langkah kaki orang mendekati di samping kanan.<br />
Sebelum sempat berpaling, satu sosok berpakaian putih<br />
jatuh tergelimpang tertelungkup di tanah.<br />
Wulan Srindi terpekik. Dia menjerit ketika mengenali<br />
siapa adanya orang itu.<br />
“<strong>Wiro</strong>!”<br />
Wulan peluk Pendekar 212 lalu balikkan tubuh sang<br />
pendekar.<br />
“Suamiku, apa yang terjadi?!”<br />
<strong>Wiro</strong> bukan kedua matanya. Pandangannya agak kabur.<br />
Namun dia mengenali suara itu.<br />
“Wulan, aku terkena pukulan seorang bernama<br />
Pangeran Muda...”<br />
“Apa?!” Wulan Srindi terkejut besar. Dia membuka<br />
bagian depan baju <strong>Wiro</strong> lebar-lebar. “<strong>Wiro</strong>, beri tahu bagian<br />
mana yang terkena pukulan?”<br />
“Pertengahan dada. Tak ada tanda cidera...”<br />
Wulan Srindi balikkan lagi tubuh <strong>Wiro</strong>. Bagian belakang<br />
baju yang robek, dirobeknya lagi lebih besar. Di bawah<br />
cacat panjang di punggung <strong>Wiro</strong> Wulan melihat tanda<br />
merah besar dilingkari warna kebiruan.<br />
“Kau terkena pukulan Memukul Bukit Meremuk<br />
Gunung! Jika dalam beberapa hari kau tidak mendapatkan<br />
obat penangkal, nyawamu tidak tertolong lagi...”<br />
<strong>Wiro</strong> tertawa.<br />
Wulan Srindi tepuk-tepuk pipi Pendekar 212. “Kenapa<br />
kau masih bisa tertawa?” tanya Wulan Srindi.<br />
“Aku tidak tahu. Tapi jika mendengar kematian aku