Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Sewaktu dia hendak menendang kembali si katai<br />
Embah Bejigur cepat menarik tangannya.<br />
“Ni Serdang, jangan dihabisi sekarang. Biar Pangeran<br />
Muda nanti yang mengambil keputusan mau diapakan<br />
setan tua ini.”<br />
Ni Serdang masih penasaran. “Wajahku rusak karena<br />
ulah perbuatannya! Aku tidak yakin orang ini bisa diajak<br />
berserikat. Hatinya seribu culas, otaknya seribu kotor.<br />
Kalau kelak dia mengatakan ingin bergabung dan<br />
membantu kita, pasti dia menyimpan satu hal yang busuk.<br />
Dia akan menjadi musuh dalam selimut! Aku ingin<br />
Pangeran Muda menjatuhkan hukuman mati padanya. Dan<br />
aku akan minta pada Pangeran Muda agar aku yang<br />
menabas batang lehernya!”<br />
“Ni Serdang, kau tahu. Saat ini sebenarnya tanganku<br />
juga sudah gatal ingin membereskan nenek bau pesing ini.<br />
Empat puluh tahun silam dia membunuh seorang<br />
sahabatku,” kata Embah Bejigur pula. Lalu dia tarik ujung<br />
jaring. “Aku akan seret setan perempuan ini sampai ke<br />
tempat Pangeran Muda menunggu. Mudah-mudahan saja<br />
dia tidak mampus di tengah jalan!”<br />
Ketika diseret tak seorang pun tahu, gulungan daun<br />
lontar di pinggang Sinto Gendeng jatuh ke tanah.<br />
***<br />
MALAM itu di Gedung Kepatihan ada pertunjukan<br />
kesenian berupa tari-tarian oleh rombongan penari berasal<br />
dari Temanggung. Selain tari-tarian juga ada banyolan<br />
empat pelawak. Pertunjukan diadakan di langkan gedung<br />
di mana dibangun sebuah panggung besar. Pengunjung<br />
luar biasa banyaknya. Selain para pejabat tinggi kerajaan,<br />
rakyat banyak juga diberi kesempatan untuk menikmati<br />
hiburan yang jarang-jarang diadakan itu.<br />
Selewat tengah malam pertunjukan semakin ramai<br />
karena ternyata juga ada permainan akrobat dilakukan<br />
oleh enam pemuda gagah dan dua gadis cantik. Dalam