Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
erulang kali.<br />
“<strong>Wiro</strong>... Kau, kau tak apa-apa. Saya menyesal sekali<br />
memukulmu. Mengapa kau tidak menangkis. Mengapa kau<br />
tidak mengelak? <strong>Wiro</strong>, pukul saya! Pukul!” Nyi Retno<br />
berteriak lalu sambil menangis dia usapi dada <strong>Wiro</strong>.<br />
“Nyi Retno, saya tahu perasaanmu. Sudahlah...” <strong>Wiro</strong><br />
berdiri lalu berpaling pada Ki Tambakpati. “Ki Tambak, kau<br />
belum menceritakan bagaimana kau bisa menyelamatkan<br />
diri dari orang-orang kerajaan.”<br />
“Aku bersyukur karena semua itu terjadi dalam kuasa<br />
Tuhan. Sewaktu perhatian semua orang tertuju pada<br />
penggantungan Djaka Tua, aku berhasil menyelinap dan<br />
melarikan diri. Sampai matahari terbit orang-orang itu<br />
berusaha mencariku. Aku masuk ke dalam sebuah goa,<br />
tembus ke satu bukit. Aku sengaja mengarungi satu sungai<br />
dangkal agar jejakku tidak bisa dilacak oleh Cagak Lenting.<br />
Aku menghilang dalam rimba belantara kecil. Keesokan<br />
harinya aku kembali ke sini, ternyata Cagak Lenting dan<br />
sekitar selusin prajurit kerajaan masih ada di tempat ini.<br />
Beberapa hari kemudian aku datang lagi. Cagak Lenting<br />
memang tidak kelihatan, tapi prajurit kerajaan masih ada<br />
ditambah seorang perwira muda. Aku hampir putus asa.<br />
Terakhir sekali aku ke sini dua hari lalu. Orang-orang itu<br />
masih ada di sini...”<br />
“Mengapa Ki Tambak kembali ke sini padahal Ki<br />
Tambak tahu hal itu sangat berbahaya.” Bertanya <strong>Wiro</strong>.<br />
“Aku ingin mengambil beberapa peralatan pengobatan<br />
serta obat ramuan yang sangat langka dan sulit didapat.<br />
Selain itu aku punya niat untuk mengurus jenazah Djaka<br />
Tua yang sudah tergantung berhari-hari lamanya. Sore tadi<br />
aku keluar dari persembunyian, kembali ke sini. Aku lihat<br />
kau yang datang. Agaknya orang-orang kerajaan sudah<br />
kembali ke kotaraja.”<br />
“Ki Tambak, silahkan saja masuk ke dalam pondok.<br />
Jangan terlalu lama di sini. Orang-orang itu bisa saja<br />
muncul secara mendadak. Mungkin mereka sengaja<br />
sembunyi untuk memancing. Hati-hatilah. Rasanya Ki