19.11.2012 Views

Wiro Sableng - Azab Sang Murid

Wiro Sableng - Azab Sang Murid

Wiro Sableng - Azab Sang Murid

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

sahabat dan tokoh rimba persilatan? Seseorang<br />

merampas Kitab Seribu Pengobatan dari tanganmu tanpa<br />

kau bisa mempertahankan. Bukankah itu sudah<br />

merupakan salah satu petunjuk Gusti Allah bahwa<br />

seharusnya kau bisa berbuat banyak sekali kebaikan<br />

dengan kitab itu? Tapi kau bertindak serakah, berlaku<br />

tinggi hati. Hanya mementingkan diri sendiri! Gusti Allah<br />

menghukummu, memutuskan bahwa kau tidak pantas<br />

menguasai kitab itu. <strong>Murid</strong>mu kau caci maki di hadapan<br />

orang banyak seolah dia lebih buruk dari comberan. Kau<br />

tuduh berbuat yang bukan-bukan. Bahkan kau buat dia<br />

menderita dengan cacat di punggung seumur-umur. Sinto,<br />

apakah kau bukan lagi seorang perempuan yang punya<br />

hati nurani dan welas asih? Iblis apa yang bersarang di<br />

hatimu? Setan mana yang mendekam di benakmu?<br />

Begitukah caramu menjalani sisa-sisa terakhir dari usia<br />

kehidupanmu? Atau mungkin kau punya nyawa cadangan.<br />

Sehingga kalau besok kau mati, lusa kau akan hidup<br />

kembali?”<br />

Sinto Gendeng merasa tubuhnya seperti terbakar.<br />

Teriakannya menggeledek.<br />

“Suara hati! Setan keparat! Siapa pun kau adanya<br />

pergi! Atau kupecahkan kepalamu!” Lalu nenek ini pukuli<br />

dadanya sendiri. Demikian kerasnya hingga darah<br />

menyembur dari mulutnya yang perot. Perlahan-lahan<br />

tubuhnya rebah ke tanah. Mata mendelik. Cuping hidung<br />

kembang kempis, dada turun naik, nafas menyengal.<br />

Nenek yang sedang marah dan kacau pikiran itu tidak<br />

tahu berapa lama dia tergeletak seperti itu. Dia baru<br />

bergerak dan duduk di tanah sewaktu udara mulai gelap.<br />

“Gila! Apa yang terjadi dengan diriku!” si nenek memaki<br />

lalu bangkit berdiri. Walau kakinya melangkah namun dia<br />

sama sekali tidak tahu mau menuju ke mana. Tiba-tiba<br />

kaki kirinya terasa menginjak sesuatu. Si nenek<br />

memperhatikan ke bawah. Sebuah benda bergulung<br />

berada diinjakan kaki kirinya. Sinto Gendeng membungkuk<br />

mengambil benda itu yang bukan lain adalah surat daun

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!