02.07.2013 Views

Bab I

Bab I

Bab I

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

" Suara-suara itu hadir pertama kali saat aku menyenangi kupukupu<br />

dan bunga. Bentuknya bagus-bagus dan warnanya indah-indah.<br />

Saat melihat seekor kupu-kupu menyentuhkan sayapnya pada<br />

kelopak bunga, warna yang dimiliki keduanya berbaur hingga aku<br />

tak tahu mana yang lebih indah. Saat itu aku membayangkan bahwa<br />

kupu-kupu dapat membuat bunga terlihat lebih cantik, dan<br />

sebaliknya. Aku suka saja membiarkan pemandangan itu bergolak<br />

di bawah sinar matahari. Lalu aku semakin senang menghabiskan<br />

malam dengan membayangkan kupu-kupu dan bunga di tempat<br />

tidur, untuk bangun pagi-pagi keesokan harinya dan menyaksikan<br />

sendiri keduanya bercengkerama.<br />

Tapi itu tak berlangsung lama. Ayah memotong bunga milik si<br />

kupu-kupu, dan tak lagi membiarkannya tumbuh. Aku berteriak dan<br />

menangis tersedu-sedu ketika tangkai yang telah terpotong itu<br />

tergeletak pasrah di tanah. Namun ayah justru semakin marah<br />

melihatku demikian, kemudian beliau menamparku. Aku terjatuh ke<br />

belakang. Rasanya sakit, namun tak sesakit perasaanku ketika tahu<br />

aku kehilangan bunga milik si kupu-kupu. Aku tahu, kehilangan si<br />

bunga, berarti kehilangan si kupu-kupu. Aku takut tak dapat lagi<br />

membayangkan keduanya bercengkerama ketika suara-suara itu<br />

menggangguku di tempat tidur dari kejauhan.<br />

Dulu mereka tidak datang tiap malam, hanya kadang-kadang<br />

saja. Tetapi begitu mereka datang, selalu saja aku ketakutan, sangat<br />

takut! Takut yang tidak seperti kalau aku ditakuti teman-temanku<br />

akan wewe gombel, pocong, atau endhas glundung. Tapi rasa takut<br />

itu mengendap di otakku, menggerogotinya dari dalam, kemudian<br />

meninggalkan aku tanpa kehidupan. Seperti mimpi yang<br />

menyeramkan, tapi nyata, dan mimpi itu selalu ada di sana dan<br />

membuatku tak tenang.<br />

Suara-suara itu begitu menusuk telingaku, betapapun lirihnya. Kalau<br />

sudah begitu, aku akan memejamkan mata erat-erat, bahkan<br />

menutupnya dengan bantal, lalu membayangkan bunga dan kupu-kupu.<br />

Pelan-pelan suara itu tak terdengar, dan aku tak lagi menjumpai suarasuara<br />

itu keesokan harinya, dalam jangka waktu yang lumayan lama.<br />

Dan ketika ayah memotong bunga itu, hatiku hancur. Bagaimana<br />

mereka akan menyelamatkan aku dari suara-suara itu? Aku tak dapat<br />

lagi memandangi mereka, dan bayangan mereka terkubur bersama<br />

Bercermin pada Pengalaman 169

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!