Bab I

Babak III
Di Kampung Margaasari, siang. Pentas menggambarkan ruang
serbaguna. Tampak ruangan itu masih baru. Demikian juga halnya
perabotan sederhana yang ada di sana, yang terdiri dari bangkubangku
dan sebuah meja panjang yang cocok untuk berdiskusi
barang sepuluh orang.
Adegan 1
Ketika layar dibuka atau lampu dinyalakan, tampak Suhari dan
Habib Basri serta FX Sunarto sedang mengelilingi meja. Di depan
mereka terbentang sebuah peta. Tampak mereka memeriksa peta
itu untuk beberapa lama. Sementara itu, sayup-sayup terdengar bunyi
gamelan atau musik rakyat lain, di antara derai tawa anak-anak dan
suara percakapan.
FX. Sunarto : Besar sekali penghematan yang dapat dilakukan
warga kampung kalau jembatan itu bisa berdiri.
Mereka pun dapat berhemat dengan waktu. Dengan
adanya jembatan itu perjalanan pulang pergi sejauh
dua puluh empat kilometer diperpendek jadi empat
kilometer saja.
Habib : Soalnya cumalah dana. Mampukah kita membiayai
pembuatan jalan sepanjang dua kilometer dari
jembatan itu?
Suhari : Justru kita harus mejawab masalah itu, Bib.
Habib : Kamu ada jawabannya?
Suhari : Membuat jalan darurat tidak susah. Warga desa akan
melakukannya dengan senang hati setelah kita
jelaskan tujuannya. Yang menjadi soal pembuatan
jembatan itu. Diperlukan keahlian profesional.
Sungainya cukup lebar, bukan?
FX. Sunarto : Ada bagian sungai yang sempit, yaitu di sini.
(menunjuk ke peta) Tapi tentu jalan pintas jadi panjang.
Sedikitnya delapan kilometer. Tidak ada gunanya.
Suhari : Kita putuskan jembatan di sini (menunjuk ke peta).
Yang kita butuhkan insinyur sipil basah yang punya
idealisme dan sanggup mengorbankan tenaga dan
waktunya di sini. Sedikitnya selama dua bulan.
76 Bahasa Indonesia XI Program IPA/IPS