02.07.2013 Views

Bab I

Bab I

Bab I

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

waktu yang menghimpitku dengan suara-suara yang makin sering<br />

hadir tiap malam.<br />

Mula-mula aku menggigil. Aku memejamkan mata erat-erat,<br />

namun yang keluar justru air mata. Lalu aku mulai mereka-reka,<br />

membalik dari sekian ingatan bentuk dan warna bunga dan kupukupu.<br />

Ketika kutemukan, aku menciptakan ruang baru di kepalaku<br />

untuk mereka berdua. Suatu ruang yang hampa, gelap, dan dingin.<br />

Hanya bentuk baku dan warna-warna yang menjadi kusam milik<br />

mereka yang mampu kulukiskan. Semula aku menangis karena aku<br />

tak dapat menghadirkannya dengan sempurna. Aku sedih sekali.<br />

Bunga dan kupu-kupu itu menjadi buruk dan tidak hidup,<br />

mengingatkanku pada film zombie yang kulihat bersama ayah ketika<br />

aku tidak bisa tidur dan ibu belum pulang. Waktu itu ayah kutanya,<br />

ke mana ibu? Beliau mendengus dan berkata kasar: “ibumu tak tahu<br />

diri, kerja terus, keluarga tak diurus'. Aku tak mengerti. Aku ketakutan.<br />

Zombie-zombie yang ada di TV memakan manusia. 'Pengecut!' lagilagi<br />

ayah mendengus.<br />

Dan bayangan zombie itu membentuk kerangka yang kupakai<br />

melukiskan bunga dan kupu-kupu. Begitu pucat dan menakutkan.<br />

Tak henti-hentinya aku menangis, bermalam-malam, dan suara-suara<br />

itu semakin bising. Hingga aku lelah dan tertidur. Lalu ketika esok<br />

dan esoknya lagi aku membayangkan bunga dan kupu-kupu,<br />

bayangan yang kucipta semakin kabur dan langu. Semakin pucat,<br />

tak berwarna, bahkan bunga itu terlihat seperti bangkai yang<br />

dihinggapi sesuatu makhluk dengan bentuk sayap yang tidak<br />

beraturan. Tercabik di sana-sini, dan kusam. Tetapi aku tak lagi<br />

menangis.<br />

***<br />

Rumahku penuh orang. Beberapa di antaranya berseragam,<br />

sedang yang lain berjubel di pintu. Saling berebut mengintip ke dalam<br />

dan berbisik-bisik. Aku melihatnya dengan senang. Tak pernah ada<br />

banyak orang mengunjungi rumahku, dan mereka semua begitu<br />

berwarna. Tidak! Tidak seperti bunga dan kupu-kupu yang dulu ku<br />

tahu. Mereka seperti badut yang kulihat di TV, dan membuatku takut.<br />

Dulu. Sekarang aku tak takut apa-apa lagi. Aku tak mau ayah<br />

menyebutku pengecut, sehingga menamparku dan aku akan<br />

170 Bahasa Indonesia XI Program IPA/IPS

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!