Bab I

Yang begini memang langka sekaligus aneh. Buat masyarakat yang
kaum tuanya lebih suka memikirkan hal-hal yang tidak bersifat duniawi.
Mungkin Cas Cus terasa tidak masuk akal. Orang tua seperti ibu Merdeka
biasanya lebih mempertahankan haknya untuk dapat beribadah
sebanyak-banyaknya. Seandainya ia beragama islam, mungkin ia akan
mati-matian menabung agar dapat menunaikan ibadah haji.
Tapi penyimpangan ibu Merdeka justru menarik. Orang yang
percaya tahayul bisa saja menyebut ibu Merdeka “buang tabiat”,
karena orang setua itu sudah mencium bau tanah. Tapi Putu Wijaya
dan di sinilah kekuatan pengarang ini sangat terasa menatap ibu
Merdeka itu dengan mata hati yang sangat toleran.
Semua sikap ibu Merdeka di masa tunya, bukanlah sesuatu yang
berdiri sendiri. Sikap itu merupakan aliran yang tak putus dengan
masa lalunya. Ia adalah ibu yang tabah yang bisa menangis pilu. Tetapi
ia juga seorang ibu yang bisa segera bangkit dan berjuang mengarungi
hidup untuk anak-anaknya. Ia sanggup membanting tulang agar
mereka dapat hidup sebagaimana mestinya hingga mereka
berkeluarga. Semua itu dilakukannya setelah suaminya meninggal.
Baru setelah itu, ia mundur perlahan-lahan sebagai orang tua.
Agaknya dalam perjuangan keras di masa mudanya itu ada bagianbagian
yang hilang dalam kehidupan ibu Merdeka. Dan ia ingin
melengkapi kehidupan itu dengan sempurna di hari tuanya. Putu
kemungkinan besar ingin mengemukakan hal itu.
Ck Ck Ck, karya Putu Wijaya yang lain, yang menyelit di bagian
akhir novel Cas Cus sebenarnya tak perlu ditampilkan bersama dalam
buku ini. Temanya sangat berlainan. Betapa pun nada
“pemberontakan” tetap merupakan warna yang dominan. Cas Cus
sudah cukup kuat untuk tampil dengan keanehannya sendiri.
L atihan 2.1
1. Carilah novel atau buku terbitan baru yang kamu miliki!
2. Baca bagian buku secara keseluruhan dari bagian awal sampai
dengan akhir!
3. Buatlah resensi buku tersebut dengan memperhatikan prinsip
dasar resensi!
22 Bahasa Indonesia XI Program IPA/IPS