Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
"Bekerja di mana pun baik. Sama saja. Jadi pegawai kantor, jadi<br />
tukang kayu, jadi tukang batu boleh saja. Hanya perlu disayangkan<br />
banyak remaja yang berpendapat kalau tidak bekerja di kantor<br />
menjadi pegawai, mereka tidak mau.<br />
Pekerjaan tukang seperti tukang kayu, tukang las, tukang reparasi<br />
mobil, tukang batu dan lain-lain mereka nilai sebagai pekerjaan kasar,<br />
karena tidak menghadapi meja tulis dan buku. Bahkan menurut<br />
mereka, pekerjaan tukang dinilai sebagai pekerjaan yang<br />
menjatuhkan martabat, menjatuhkan gengsi." kata Paman Braja.<br />
"Benar Paman. Banyak remaja yang pilih menganggur daripada<br />
bekerja sebagai tukang. Gengsi, martabat turun karena sudah<br />
bersekolah masih saja bekerja sebagai tukang. "Para remaja bersikap<br />
demikian tidaklah salah sepenuhnya. Orang-orang tua pun banyak<br />
yang masih demikian juga. Mereka menilai pekerja di kantor itu adalah<br />
priyayi. Oleh karena itu, sedapat mungkin anak-anaknya harus bekerja<br />
di kantor."<br />
"Mengapa mereka berpendapat begitu, Pak?" tanya Wasisadi.<br />
"Itulah yang saya katakan sebagai warisan yang kurang<br />
menguntungkan tadi. Warisan, bukan hanya berupa harta benda,<br />
melainkan juga berupa cara berpikir dan cara bertingkah laku."<br />
"Mengapa warisan cara berpikir dan cara bersi kap atau bertingkah<br />
laku seperti itu kurang menguntungkan, Paman."<br />
"Kau lihat sendiri. Sebagian remaja ada yang cara berpikir dan<br />
bercita-cita hanya ingin kerja di kantor saja. Mereka tahan<br />
menganggur bertahun-tahun menunggu sampai ada kesempatan<br />
bekerja di kantor. Maka pengangguran bertambah banyak meskipun<br />
pekerjaan lain banyak juga tersedia."<br />
"Mengapa kakek-nenek kita begitu juga, Paman?"<br />
"Negara kita ini negara yang sangat subur. Hanya, ada dua<br />
musim, ialah musim penghujan dan musim kemarau. Apapun yang<br />
ditanam tumbuh subur. Seperti lagu Kolam Susunya Koes Plus,<br />
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Itu untuk menggambarkan<br />
bahwa negara kita subur. Hanya sayangnya bangsa kita terbius oleh<br />
kesuburan itu. Mengerjakan apa yang ada saja sudah cukup. Tak perlu<br />
membanting tulang dan memeras keringat untuk mendapatkan hasil<br />
yang lebih baik.<br />
Menjadi Penulis Pemula 31